Menata hati yang patah
Tetaplah berjalan meskipun perih,
Tetaplah berjalan meskipun lelah,
Tetaplah berjalan meskipun rasa sakit melanda,
Tetaplah berjalan dibawah sinar matahari,
Tetaplah berjalan dibawah kegelapan,
Tetaplah berjalan meskipun sendiri .
Jangan pernah takut sendiri,
Karena kita tidak pernah benar-benar sendiri,
akan ada bayangan yang senantiasa menemani langkah,
Akan ada doa-doa orang terkasih yang menghiasi,
Akan ada kebahagiaan dari orang-orang yang menyayangi.
Entah bagaimana aku akan memulai lagi segala keteraturan yang kau runtuhkan ini,
entah bagaimana aku bangkit dari keterpurukan ini,
Aku seperti kehilangan cara untuk memperbaiki segala yang telah terjadi.
Kusempatkan waktuku untuk menulis beberapa kata di lembaranmu,
Rasanya memang takkan ada harapan lebih,
membuatmu tesenyum mungkin hanya sebagian kecil dari yang tak terhitung olehmu,
Kupikir bersamaku kau memang bahagia,
ternyata aku salah,
Nyatanya aku hanya menjadi seseorang yang diingat saat dibutuhkan saja,
Kalau saja kau tahu, hatiku bukan hotel atau wisma yang bisa kau kunjungi semaumu saja,
Lantas pergi seenaknya saja meninggalkanku ketika lelah mu terlah sirna.
Selepas hatiku kau patahkan dengan kejamnya,
aku memutuskan untuk berdamai dengan fikiranku,
Jika dulu aku hanya mengikuti kata hati yang menggebu-gebu,
Maka untuk saat ini aku akan lebih menerima saran dari fikiranku yang kerap kali terabaikan,
Aku akan kembali melangkah, melupakan sedikit demi sedikit segala hal tentang dirimu,
Tentang tawamu yang menenangkanku,
Tentang wajahmu yang mendamaikanku,
Tentang bola matamu yang kerap memancarkan cahaya kebahagiaan.
Sekeras mungkin aku merobekkan setiap kenangan tentangmu di dalam otakku,
Menghapus sisa-sisa tentangmu yang kerap mengahantuiku,
Aku mencoba ikhlas walau kadang air mata terkucur deras,
Mencoba kuat walau kadang hati merasakan sakit hebat.
Aku akan menjadi seseorang yang pura-pura kuat,
Menjadi seorang yang mencoba tegar meski pada kenyataanya rasa sakit masih berkobar,
Mencoba melangkah walau rasa masih menggila,
bagaimana pun keadaan,
Aku tidak boleh berlama-lama terlarut dalam kesedihan,
Dan tenggelam dalam lautan penyesalan.
Aku coba membuka cakrawala,
membuka fikiran,
Dan membuat serangkaian pertanyaan pada hatiku sendiri,
Bukankah obat dari patah hati adalah hati yang baru,
Bukankah obat dari hati yang hancur adalah mencari hati yang siap memperbaiki,
Bukankah obat dari rasa sakit adalah tempat yang bisa memberikan kesembuhan,
Bukankah obat dari kekecewaan adalah mencari tempat yang menawarkan kebahagiaan.
Tidak pernah mudah untuk bisa langsung melupakan,
Akan tetapi tidak mudah bukan berarti tidak bisa, aku hanya harus mencobanya,
Perlahan-lahan aku akan fokus menatap ke depan,
Berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang, berlari tanpa berhenti,
Mencari seseorang yang menantiku di depan,
Mencari seseorang yang siap berjuang dengan segala keadaan.
Kau yang sudah aku perjuangkan, ternyata malah membuang,
Kau yang sudah aku anggap masa depan, ternyata mengangapku hanya sekadar hiasan,
Kau yang sudah aku anggap rumah, tak lebih mengangapku sebagai tamu yang sibuk berlalu-lalang .
Tidak perlu susah payah membantuku untuk memperbaiki apa yang rusak,
Tidak usah bersusah payah membantuku menyembuhkan apa yang sakit,
Biarlah aku belajar bangkit dengan caraku sendiri,
Kau urus saja duniamu,
Dan aku akan terbaiasa dengan duniaku.
“Nanti jika kau temukan aku menemukan sepotong hati yang baru,
Ketahulah, untuk melewatinya aku butuh banyak waktu dan pengorbanan,
Melewati hari-hari dengan mematikan harapan akan bisa bersamamu,
Menghabiskan waktu malam-malam dengan membunuh segala ingatan tentangmu”
Komentar
Posting Komentar