Langsung ke konten utama

Kali Kesepuluh

Awal dari Sebuah Kisah


Aku selalu membayangkan,
Bagaimana pertama kali aku bisa mengenalmu,
Di sore hari kala hujan gerimis turun dengan syahdu,
Melalui pancaran sinar bola matamu,
Kau masuk ke dalam hatiku dengan perlahan,
Kemudian mengusik perasaanku,
Hatiku tak pernah bisa mengelak,
Kau terlalu kuat untuk bisa aku tolak,
Kau terlalu indah untuk aku hindari.


Kau seumpama hujan yang membasahi bumi,
Kau menyejukkan jiwaku dengan bulir-bulir kebahagiaan yang kau teteskan,
Kau seumpama lantunan lagu yang berputar di kala senja,
Setiap liriknya mampu mendamaikan hatiku,
Ealaupun pada saat itu, aku sama sekali tidak tahu siapa orang yang sedang mendiami hatimu .


Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan ketika sedang berbalas pesan denganmu,
Lagi-lagi ucapan selamat malam mengawali obrolan panjang kita,
Sebuah perbincangan yang tak jarang membuat diriku senyum-senyum sendiri,
Membuat malamku yang gelap, menjadi terang seumpama langit yang di hiasi bintang-bintang,
Aku tenggelam dalam dimensi parasmu yang menenangkan,
Dalam indah senyummu yang mendamaikan,
Aku sedang menunggu saat-saat yang tepat, menunggu setiap balasan darimu, hingga aku menemukan waktu untuk memberitahumu,
Bahwa aku sangat mencintaimu.


Aku tidak pernah sehangat ini di kala malam yang dingin,
Aku tidak pernah sedamai ini tatkala riuh angin sedang bergemuruh,
Aku tidak pernah sesejuk ini di kala panas yang terik,
Aku senang ketika kau dan aku saling bertukar cerita,
Aku senang ketika kau dan aku saling berbagi canda tawa,
Kemudian kau meninggalkanku dalam tidurmu, ,
Kemudian tatkala pagi pesan singkat darimu langsung menghiasi ponselku dengan sebuah pesan permintaan maaf,

”Maaf, tadi malam aku tertidur” ucapmu.


Tidak perlu repot-repot untuk meminta maaf,
Menemani waktu malam mu hingga kau terlelap, sudah menjadi hobi baru bagiku,
Memastikan harimu baik-baik saja, sudah menjadi pekerjaan baru bagiku,
Aku tidak perlu dibayar dengan uang untuk pekerjaanku,
Segala pekerjanku sudah terbayar dengan senyuman sepanjang malam,
Itu tak lain karena kehadiranmu di dalam mimpiku.


Hari ini aku memutuskan untuk mengutarakan perasaanku padamu,
Aku mencoba untuk masuk kedalam relung hatimu melalui jalur yang semestinya,
Mengungkapkan setiap rasa yang aku miliki untukmu,
Menyatakan segala hal tentang apa yang memang harus aku nyatakan,
Mengucapkan segala hal tentang apa yang memang harusnya aku mesti ucapkan
Aku sudah bersiap-siap dengan segala resiko yang akan aku hadapi,
Dengan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi .


Terluka atau bahagia itu adalah resiko dari mencintai,
Yang tidak enak dari keduanya adalah perasaan yang samar-samar,
Yaitu ketika kau berada di posisi takut terluka,
Namun takut akan ada penyesalan karena tidak pernah mencoba.





“Menjadi sepasang kekasih berarti menjalani sebuah kisah
Menjalani sebuah kisah harus penuh dengan kasih
Jika tidak ada kasih dalam sebuah kisah
Yang akan dijumpai hanyalah kata pisah”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh