Saat, kau Kembali
Kadang aku bertanya pada diri sendiri,
Kenapa aku harus peduli dengan keadaaan yang saat ini menimpamu,
Sedangkan dulu ketika aku merasakan hal yang serupa,
Kau tidak pernah ingin tahu apa yang sedang terjadi padaku,
Mengapa tidak aku balas saja perlakuanmu yang pernah kau lakukan dulu.
Namun, ada yang lebih penting dari pada egoku,
Ada yang lebih aku khawatirkan dari pada sakit dan lelahku,
Ada yang lebih kupikirkan dari pada rasa sesalku,
Yaitu dirimu,
Katakanlah padaku bahwa saat ini kau baik-baik saja,
Dan kumohon berhentilah bersedih, karena aku disini selalu mengharapkan kebahagiaan ada padamu.
Aku dengar kesedihan yang kau rasakan tak kunjung usai,
Kekecewaanmu yang kau derita belum juga selesai,
Sebuah situasi yang membuatku kembali datang untuk menemuimu,
Aku tidak kuasa menahan diri untuk tidak peduli denganmu,
Amu mencoba mengajakmu tertawa, mengukir senyum di wajahmu,
Berharap bisa menggantikan segala kesedihan yang sekarang melandamu.
Aku kirimkan sebuah pesan singkat yang aku rangkai dalam rangka untuk membuatmu kuat,
Kau harus belajar untuk berjalan lagi walau hatimu rapuh,
Kau tidak akan pernah sendiri,
Hidup ini indah jika kita bisa mengikhlaskan apa yang memang harus dilepas,
Kau terlalu indah untuk dikalahkan oleh rasa sakit.
Sore ini apakah kau sedang melihat langit?
Warna jingga yang terlukis dilangit selalu membuatku terkesima,
Aku selalu mendamba banyak harap di setiap warna yang semesta berikan saat itu,
Dan satu saja hal sederhana yang paling aku inginkan yaitu kehadiranmu lagi dalam hidupku.
Aku ingin menjaga hatimu, walaupun itu dalam waktu yang tidak lama,
Aku ingin menyediakan pundakku untuk kau merebah ketika merasa lelah,
Amu masih menunggu kesempatan itu ada,
Menunggu segala hal baik darimu tiba,
Waktu tidak pernah mengubahmu dari pandanganku, kau tetap indah seperti awal kita berjumpa,
Tetap memikat sejak pertama kali kulihat,
Kalau pun ada yang berbeda, itu hanyalah matamu, yang terlihat lebam karena terlalu banyak mengeluarkan air mata kesedihan.
Kejadian ini membuatku berpikir untuk datang kembali padamu,
Membantumu menyembuhkan luka,
Dengan konsekuensi, kau akan mengharagai setiap kerja kerasku hingga berhasil menyembukan lukamu,
Atau kau kembali tidak menghargai segala yang telah kulakukan untukmu.
Kau tahu? tidak banyak orang yang bersungguh-sungguh perihal rasa,
Salah satunya orang yang pernah kau cintai,
Ia hanya hadir ketika membutuhkanmu saja,
Kemudian mendua tatkala kau sedang cinta-cintanya,
Namun karma tidak akan pernah kemana-mana,
Sampai waktunya tiba, rasa bersalah akan menghampirinya,
Dan kemudian ia kembali datang padamu, lalu, apakah kau masih akan tergoda dengan kepalsuan semacam itu?
Tidak pernah mudah bagiku keluar dari sebuah rasa yang rumit ini,
Walau aku menyadari betapa bodohnya perasaan ini yang tak hentinya mencintai,
Jika bisa aku melupakan, sudah aku lupakan kehadiranmu sejak dulu, namun aku tidak pernah bisa mewujudkannya.
Namun aku tetap percaya pada satu hal,
Kalau kau memang diperuntukkan untukku, tidak akan ada satu orang pun yang bisa menyangkal,
Aku akan menanti selama aku bisa,
Mungkin saja suatu saat kau akan menoleh kepadaku, melihat kesetiaanku menunggu kehadiranmu sejak dulu,
Dengan sekuat-kuatnya hati, aku disini akan tetap berdiri menanti kedatanganmu kembali.
“Ribuan pagar yang aku pasang sebagai tameng,
Puluhan lapis tembok yang aku bangun sebagai benteng,
Runtuh seketika melihat kedatanganmu,
Kau terlalu indah untuk aku tolak”
Komentar
Posting Komentar