Berkontemplasi
Pagi pernah mengajarkanku,
Bahwa yang terbaik pun bisa saja sekejap hilang,
Seperti mentari pagi di gunung, yang mendadak hilang ditelan kabut,
Siang mengajarkanku tentang kehangatan, yang mendadak hilang di guyur sang hujan,
Sore yang cerah pun pernah mengajarkanku, bahwa langit senja yang berwarna pun bisa mendadak hilang dilahap gelapnya malam.
Begitu pun dengan dirimu,
Ada banyak pelajaran yang bisa aku petik darimu,
Bahwa apa yang kita harapkan tidak selamanya berakhir dengan kenyataan,
Bahwa yang memberi kenyamanan tak selamanya berujung dengan jadian,
Bahwa yang memberi senyuman tak selamanya memberikan kebahagiaan.
Kupikir tidak akan pernah sesakit ini,
Aku berusaha menyimpan segala kenangan tentangmu dalam ampas kopiku,
Lantas kubiarkan ia mengendap,
Tak akan pernah kukecap lagi hingga mengering dan lalu terbuang,
Sementara kau di sana, di tempat yang aku tidak tau dimana,
Kau mungkin masih sibuk dengan segala kesibukanmu.
Aku yakin kau tidak pernah merasa sedikit pun rasa bersalah,
Kau menganggap seakan semua tidak pernah terjadi apa-apa,
Anggap saja aku anak kecil yang baru belajar berjalan kembali,
Walaupun dengan langkah tertatih-tatih,
suatu saat aku akan kembali berjalan normal.
Aku mencoba berfikir dengan adil sejak dalam berfikiran maupun perbuatan,
Aku tidak ingin bersikap egois dengan menyalahkanmu atas segala hal yang aku rasakan,
Perlahan mulai berpikir realistis,
Mungkin bukan aku yang menjadi kriteria lelakimu,
Mungkin bukan aku orang yang tepat untuk menemani hari-harimu,
Mungkin bukan aku orang yang kau harapkan untuk menemani langkah-langkahmu,
Mungkin bukan aku orang yang kau inginkan untuk menjagamu.
Aku mulai belajar untuk menerima kenyataan yang telah terjadi,
Ini sudah menjadi resiko dari perasaan yang terlalu berharap,
Dulu aku selalu membayangkan betapa kebahagiaan akan selalu menghiasi hari-hariku,
ternyata aku salah,
Aku harus menghadapi kenyataan pahit yang membuat hari-hariku menjadi kelam,
Yang membuat setiap waktuku menjadi tampak suram,
Semua memang harus dan mesti berlalu,
Namun aku seolah-olah takut untuk menatap ke muka,
Sementara masa lampau terasa indahnya.
Ketika bersamamu,
Aku merasa berada di tempat yang ramai,
Walaupun pada kenyataan nya aku berada di tempat yang sangat sepi,
Begitu pun sebaliknya,
Aku merasa sangat sepi, walaupun berada di tengah keramaian jika tidak ada dirimu,
Semua tampak mesra namun kosong,
Jangan pernah bilang aku berlebihan,
Rasa ini hanya aku yang tahu,
Rasa ini hanya aku yang merasakan,
Sakit ini hanya aku yang mengerti.
Aku akan melewati fase sulit ini,
bersiap menghadapi kenyataan dalam setiap hari-hariku berikutnya,
Mencoba menikmatinya dengan cara sebaik-baiknya,
Walaupun dengan kondisi hati yang patah.
“Beberapa hal dalam hidup ini tidak untuk diterimakan,
Melainkan hanya untuk dimengerti, kepergianmu salah satunya,
Karena melepaskan dirimu tidak pernah mudah,
Namun berjuang untukmu yang tidak pernah menganggap ada, itu jauh lebih susah”
Komentar
Posting Komentar