Langsung ke konten utama

Kali Kelima belas

Segala hal Tentang Dirimu


Aku begitu senang karena bisa mengenalmu,
Aku bahagia karena bisa menghiasi hari-harimu,
Maafkan aku yang menjadi serakah,
Karena ingin meminta hal lebih darimu,
Maafkan aku yang memintamu untuk menjadi kekasihku,
Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan ini lama-lama,
Ia mendesakku untuk segera mengatakannya padamu,
Berakhir dengan jawaban apapun nanti,
Aku akan tetap bersyukur karena sudah pernah mengenalmu.


Senyuman yang terpancar dari bibirmu lah yang membuat hari-hariku selalu berwarna,
Tatapan matamu lah yang membuat jantung ini berdebar setiap kali menatapnya,
Kalimat ucapan selamat pagi darimu lah yang membuat hari-hariku penuh dengan rasa bahagia, Menjalani hari berdua bersamamu, membuatku merasa hidup selamanya.


Hari ini adalah saat yang aku tunggu-tunggu sebelumnya,
Mau akan memberikan jawaban atas surat yang aku berikan padamu,
Jawaban atas segala isi hati yang sudah aku ungkapkan padamu,
Jawaban dari segala perhatianku selama ini padamu,
Amu yakin sejak awal kita bertemu, kau sudah mengetahui jika aku mempunyai rasa padamu.


Lalu, salahkah jika aku terlalu berharap padamu?
Berharap kau akan bersamaku,
Berharap, kau akan menjadi seseorang yang menemani hari-hariku,
Izinkan aku untuk menjadi orang yang berdiri di garis paling depan untuk membahagiakanmu,
Izinkan aku untuk menjadi orang yang berada di sebelahmu,
Menjadi seseorang yang akan menemani sedih dan tawamu,
Tidak akan aku biarkan siapapun yang akan menyakiti dan membuat air matamu jatuh.


Aku tidak seperti mereka,
Orang-orang yang datang hanya untuk mempermainkan hatimu,
Aku tidak seperti mereka, yang mencintai karena parasmu,
Aku tidak seperti mereka, yang mencintai hanya untuk memanfaatkan kebaikanmu,
Aku adalah orang yang datang dengan membawa perasaan paling tulus untukmu,
Seseorang yang datang dan tidak ingin pergi dari hidupmu.


Jika mereka mengorbankan segala cara untuk bisa mendapatkanmu,
Maka aku akan berkorban segala cara untuk bisa membahagiakanmu,
Jika mereka marah, ketika kau dengan segala kesibukanmu,
Maka aku akan marah karena kau tidak mengejar mimpi-mimpimu,
Jika mereka berdoa untuk bisa mendapatkanmu, Maka aku berdoa semoga kebahagiaan selalu bersamamu.


Aku ingin menyempurnakan perasaanmu,
Walaupun perasaan yang kupunya masih jauh dari kata sempurna,
Aku ingin menemani setiap langkah-langkahmu,
Walaupun harus menghadapi rintangan yang panjang dan berbatu,
Alu ingin menghabiskan banyak waktu untukmu,
Duduk berdua denganmu, mendengarkan segala cerita yang keluar dari mulutmu,
Aku ingin menjadi seseorang yang menenangkan segala amarahmu,
Menjadi seseorang yang mendengar setiap keluh kesahmu,
Untuk itu izinkan aku mewujudkan segala keinginan diriku.


Aku tidak pernah peduli,
Apapun persepsi yang orang sematkan padamu, karena yang akan menjalani hubungan ini nanti adalah aku bersamamu,
Yang menjalani hubungan ini adalah aku denganmu,
Biarlah mereka dengan biadabnya memberikan penilaian padamu,
Itu tidak akan pernah merubah perasaanku untukmu.

Aku tidak tahu bagaimana caranya mengejar,
Tapi aku selalu belajar bagaimana cara menunggumu,
Aku tidak padai dalam berkata-berkata,
Tapi aku tak pernah berhenti mendoakanmu,
Aku tidak bisa menjadi seorang komedian untukmu,
Tapi aku selalu berupaya membuatmu tertawa,
Aku tidak tahu bagaimana cara memikat,
Tapi aku tahu cara untuk mendekat,
Aku tidak tahu cara menuntun,
Tapi aku tahu cara bagaimana berjalan di sebelahmu.


Jadi, maukah kau memberikan hatimu, untuk kemudian aku jaga dengan segala kemampuanku ?







“Seorang teman pernah berkata padaku,
Jujurlah pada orang yang kau sayangi,
Tapi mengapa aku justru mempunyai firasat, bila berkata jujur padamu,
Kejujuran itu akan menghantarkan kepergianmu?”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh