Bayang yang membias
Eksepektasi tentangmu semakin bertambah seiring berjalannya waktu,
Seperti sebuah rasa yang semakin harus terus bertumbuh kadarnya,
Ekspektasi tentangmu pun begitu adanya, kita pernah baik-baik saja hanya dengan hal-hal sederhana yang kita lakukan bedua,
Tapi aku lupa bahwa ekspektasi tak selalu menjadi fakta dikemudian harinya,
Ekspektasi yang aku miliki malah berubah menjadi rasa kecewa.
Rasa kecewa yang tidak bisa aku gambarkan seperti apa,
Hanya membuat bahagia milikku tidak lagi tercipta,
Kah tidak memutuskan untuk tetap tinggal,
Kau lebih memilih pergi dariku, hingga meruntuhkan segala espektasi yang sudah aku rencanakan.
Jika dipikir-pikir, aku ini bodoh, tak pernah merasa lelah meski berkali-kali merasa patah,
Tidak pernah peduli bahwa imajinasi yang kumilki tidak berbanding lurus dengan realitas,
Aku selalu berusaha memperjuangkan cintamu di setiap penjuru hati,
Meski kau sering menghilang dari radarku dan pergi seenak hati,
Namun pada kenyataannya, kehadiranmu hingga saat ini masih belum bisa untuk terganti.
Ikhlas adalah salah satu jalan terbaik yang harus kutempuh,
Disaat kau perlahan memutuskan untuk pergi dan menghilang dari kehidupanku,
Disaat kau sudah tidak tersedia lagi di depan mata,
Disaat ucapan selamat malam darimu tak kunjung tiba,
Disaat kau tidak lagi menganggapku ada, aku akan belajar untuk mengikhlaskan kepergianmu,
Kepergian seseorang yang pernah menjadi hal penting dalam hidupku.
Kisah berlalu begitu cepat dengan cara yang tidak tepat,
Di ujung lembayung kau dan aku memutuskan untuk berpisah,
Hanya tersisa bayanganmu yang membias dalam kehampaan,
Mimpi buruk tak henti-hentinya menghampiri,
Semua terasa berubah saat kau tak berada di sampingku,
Andai aku bisa mengerti bahwa kepergianmu adalah sesuatu hal yang harus aku terimakan,
Mungkin semua tidak akan berlarut sejauh ini,
Biarlah aku peluk puing-puing kisah yang tersisa.
Kau dan aku pernah terpaut dalam satu masa namun tidak dalam satu takdir,
Kau dan aku pernah saling membahagiakan namun tidak saling membanggakan,
Kau dan aku pernah berpegangan tangan hanya dalam satu haluan,
Kisah kita serumit ini, kita saling berterus terang hanya untuk berangkat dan segera menghilang.
Telah kucoba untuk membiarkan semuanya berlalu seiring waktu,
Hati yang tidak kunjung sembuh dari luka, perasaan yang tetap sakit akibat patah,
Aku coba untuk menikmati sembari menjalani hari-hari,
Melalui orang lain yang hadir sebagai pemeran pengganti,
Naamun tetap belum mampu menghapuskan jejakmu yang tertinggal disini.
Bagaimana mungkin aku bisa melupakan dirimu,
Sedangkan sudah cukup dalam aku menyimpan dirimu dalam hati dan perasaan,
Pikiranku hanya dipenuhi dirimu, karena aku telah meletakkanmu cukup jauh dalam kalbu,
Hingga membuatku merindukanmu setiap waktu walau kau sudah tidak bersamaku.
Bagaimana pun menggantikan kehadiranmu tidak semudah membalikkan telapak tangan,
Tidak semudah memejamka mata lalu membukanya kembali,
Tidak semudah berdiri setelah jatuh lantas berjalan lagi,
Segala tentangmu sudah menjadi bagian dari hidupku,
Kehadiranmu sudah punya tempat tersendiri yang tidak akan pernah bisa terganti.
Aku pikir semua yang telah kau lakukan padaku akan selamanya melekat,
Semua yang pernah kau berikan padaku akan selalu teringat,
Sebab karenamu lah aku menemukan lagi jalan yang tepat,
Karena kau lah yang membantuku untuk tetap kuat,
Membantuku untuk tetap sehat,
Sebelum akhirnya kau juga yang membuatku patah hati hebat.
Tidak pernah mudah untuk melupakan setiap kenangan,
Karena hati manusia adalah ladang kenangan,
Namun aku hanya perlu mengerti,
Bahwa seluruh rasa yang kita miliki akan hilang suatu saat nanti.
“Merindukan seseorang yang tidak pernah merindukanmu adalah sebuah keniscayaan,
Aku selalu percaya dan menyadari tentang itu semua,
Namun bodohnya,
Kita seringkali tenggelam dalam kenangan yang membawa kita pada sebuah kerinduan”
Komentar
Posting Komentar