Langsung ke konten utama

Kali Kesebelas

Kencan Pertama



Jangan pernah menjauh ucapku dalam hati ketika melihat paras cantikmu yang terpampang nyata di hadapanku,
Ditengah terik sinar matahari yang mulai bersiap pulang  ke tempat peraduan nya,
Amu mendapati sebuah mimpi yang menjadi kenyataan,
Aku bisa merasakan indahnya berjalan bersamamu,
Memboncengmu dengan sepeda motor matic warna merah yang sekaligus menjadi warna kesukaanmu. 


Aku mengajakmu untuk menikmati udara sore di pinggiran pantai,
Mengingatkanmu untuk tidak lupa menyeruput minuman coklat yang menjadi favoritmu sejak lulus sekolah menengah pertama, 
Aku menyukai apa yang juga kau sukai, dan aku membenci apa yang juga kau benci,
Kau suka minum aku akan juga suka minum,
Kau benci melihat ada lelaki yang menyakiti perempuan, aku pun juga benci,
Melalui obrolan ringan sore itu aku mengetahui banyak tentang apa yang menjadi kesukaanmu,
Mengetahui apa saja yang tidak menjadi kesukaanmu.


Kemudian aku mengajakmu untuk masuk ke dalam duniaku,
Mengajakmu ke sebuah toko buku langgananku,
Aku ingin memperkenalkan hobiku padamu,
Bahwa aku adalah seorang pecandu buku,
Bahkan sampai buku memasak sekalipun aku suka,
Aku adalah seorang penikmat kata-kata melankolis, dari penulis-penulis yang setiap rangkaian katanya mampu menyentuh kalbu,
Aku juga seseorang yang hobi menulis,
Amu menulis karena tanganku teramat mahir mengucapkan kata yang mustahil terucap oleh bibir,
Terutama menulis tentang kesedihan,
Bagiku kesedihan harus dituliskan agar orang-orang tahu bahwa hidup tak melulu soal kebahagiaan. 


Kau menyambut baik segala penjelasan tentang hobiku,
Rupa-rupanya kau juga seorang wanita yang suka membaca novel,
Beberapa novel karya penulis terkenal sudah kau baca katamu,
Tapi aku tidak akan pernah untuk memaksamu mempunyai hobi yang sama denganku,
Aku menyukai jika kita berbeda, karena dengan perbedaan itu membuat kita saling menemukan hal baru,
Kau dengan duniamu, begitupun aku dengan duniaku,
Kemudian dunia kita bertemu dan membaur,
Mendapati hal-hal baru yang sebelumnya tidak pernah kita tahu. 


Aku tidak tahu apakah perjalanan ini akan berlanjut dengan segala kebahagiaan yang menghiasinya,
Atau berhenti sampai disini dengan segala kesedihan yang menemaninya,
Kau membuat langit hari ini menjadi lebih biru dari biasanya,
Menjadikan matahari lebih bercahaya dari biasanya,
Membuat angin sore menjadi lebih sejuk dari biasanya,
Membuat waktu berlalu begitu cepat,
Kemudian kau berpamitan untuk segera pulang karena waktu yang sudah beranjak malam.


Aku sama sekali tidak mempermasalahkan jika nanti nya kau harus sering pulang sebelum malam,
Karena aku juga tidak menyukai wanita yang suka pulang terlalu malam,
Menurutku seorang anak gadis juga harus banyak-banyak berdiam diri di dalam rumah,
Ada banyak hal yang anak gadis lakukan  di rumah,
Kau bisa membantu ibumu memasak,
Membantu menghiasi rumah dan kau bisa belajar banyak tentang apa saja yang mesti dipersiapkan sebelum menjadi seorang ibu nantinya,
Kau adalah calon ibu,
Cepat atau lambat waktu itu akan datang,
Suka tidak suka kau harus beradaptasi dengan status itu suatu saat nanti.

Mempersiapkan segalanya mulai dari sekarang akan jauh lebih baik menurutku,
Terlepas takdir akan membawa kau menjadi ibu dari anak-anaku nanti atau tidak,
Aku berharap kau jadi ibu yang baik untuk anak-anakmu nanti.



“Kita naik motor berdua mengelilingi setiap sudut kota,
Kala  itu hujan baru saja reda,
Lantas kau bertanya di mana pelangi berada,
Aku terdiam, kemudian memandangmu sembaari berkata, ia ada di matamu” 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh