Langsung ke konten utama

Dua puluh dua

Bertemu Manusia Baru


Berapa banyak pagi yang dilewati dengan keinginan untuk melakukan itu di malam hari?
Berapa banyak malam yang kemudian terlewatkan dengan hanya diam dan berangan-angan kembali?
Berapa banyak waktu yang akhirnya hanya meagendakan segala angan?
Berapa banyak waktu yang menjadi sia-sia sebab berapa hal yang hanya menjadi sekadar wacana?
Mulai saat ini aku akan memulai segalanya dengan aksi, agar ada reaksi yang semesta berikan.


Perlu banyak waktu untuk aku bisa mengikhlaskanmu,
Butuh banyak waktu untuk aku bisa merelakanmu,
Namun aku tidak akan pernah bisa untuk melupakanmu, kau tidak sepaptutnya aku lupakan,
Kau hanya perlu aku ikhlaskan, walaupun kenyataanya tidak pernah mudah untuk mengikhlaskan sesuatu yang sangat kita idamkan,
Setelah lama melewati berbagai tahapan yang aku rasa suram,
Setelah melalui hari-hari yang terasa menyedihkan,
Aku menemukan seseorang yang akan menggantikan peranmu di dalam hidupku, nampak egois memang, ketika aku hanya menjadikan dia pelampiasan, menjadikan dia pelarian dari cintaku yang kau tolak.


Tapi aku sama sekali tidak ada maksud untuk menjadikannya pelampiasan,
Amku menjadikan ia sebagai tempat aku belajar,
Tempat di mana aku belajar menata hati kembali,
Melalui pandangannya, ia berhasil membuatku yakin, bahwa memang ia lah sosok wanita yang akan membantuku menyembuhkan luka,
Membantuku dari segala keluh dan kesah.


Jangan kau pikir ia datang dengan menawarkan diri untuk menggantikan kehadiranmu,
Aku yang meminta nya untuk datang padaku,
Jika seandainya aku diharuskan memilih antara tetap menunggumu dengan keadaan hati yang tidak menentu,
Atau berhenti menunggumu dan melanjutkan jalan bersamanya dengan perasaan penuh sukaicta setiap harinya,
Aku tidak akan pernah mudah untuk menentukan pilihan.


Ternyata aku dan dia juga mempunyai sebuah kesamaan pada masa lalu,
Tak terhitung sudah berapa kali patah hati yang kami rasakan sebelum bertemu, ia pernah terluka parah, begitupun denganku yang akrab dengan rasa lara,
Aku ingin dapat bekerjasama dengannya, ia menghapus lukaku, dan aku akan menghapus lukanya,
Terlepas nanti akan ada cinta di antara kami, anggaplah itu sebuah bonus dari dua orang yang saling menyembuhkan luka.


Kami mempunyai kesamaan, pernah mempertahankan ego demi perasaan masing-masing,
Pernah bersikap bodoh demi kebahagiaan orang lain,
Aku cukup mengerti akan perasaannya, hal yang sama dengan apa yang aku rasakan,
Semoga di hari-hari esok, ia dan aku sadar,
Bahwa rasa kita lebih berharga dari sekedar ego yang membuat sakit.


Aku dan dia sama-sama tahu betapa sakitnya kehilangan,
Tidak pernah mudah bangkit dari keadaaan sakit setelah ditinggal oleh orang yang sangat kita idam-idamkan,
Tiidak pernah mudah bangkit dari rasa kecewa setelah diacuhkan oleh orang yang sangat kita harap-harapkan.


Aku rasa kami sudah mempertemukan dua kekurangan,
Ia dengan sepaket kekurangannya, begitu pun aku dengan sepaket kekuranganku,
Akan lebih baik jika kita sama-sama berusaha untuk menutupi kekurangan satu sama lain,
Aku tidak tahu akan seperti apa kita kedepannya, akan menjadi sepasang kekasih yang saling mengasihi, atau hanya menjadi sepasang orang asing yang saling mengobati .


Ia akan menggantikan kau untukku,
Sementara aku akan menggantikan dia untuknya,
Kami akan melewati masa-masa ini dengan sukacita,
Berbagi kesenangan hingga terciptanya sebuah ketenangan,
Berbagi kebahagiaan hingga bangkit dari segala keterpurukan .



"Aku tidak pernah tahu kisah semacam apa yang akan aku lalui bersamamu,
Akan seperti apa perjumpaan ini akan berakhir
Walaupun kau tidak bisa membuatku kembali bersinar,
Semoga kau tidak membuat hati ini  kembali memar"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh