Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Memaknai Rinjani #3

 ‘’TOREAN YANG INDAH DAN MISTIS” Saya dan Deno memutuskan untuk turun berdua, sementara Nova, Weni dan Ursi menginap satu malam lagi di danau (Mengingat kondisi mereka yang masih kelelahan). Karena berbagai macam pertimbangan, jadilah kami turun melewati jalur Torean (Jalur yang belum diresmikan oleh Taman Nasional Gunung Rinjani). Hal ini kami lakukan atas pertimbangan waktu, mengingat jika harus naik ke Plawangan kembali, kami butuh waktu 6-8 jam, sementara dari Plawangan menuju pemukiman warga juga membutuhkan waktu 8-10 jam, tentu ini akan memaksa kami bermalam satu malam lagi, sedangkan persediaan logistik sudah habis. Berdasarkan info yang kami peroleh, untuk jalur torean sendiri bisa ditempuh dengan waktu yang lebih cepat, yakni 6-9 jam saja.  Langkah kami percepat, karena tampaknya kami berdua adalah orang terakhir yang turun, sedangkan untuk jalur sendiri kami masih sama-sama buta. Ada perasaan takut, khawatir dan cemas menyelimuti jiwa, tapi kami mencoba untuk tetap waras, ka

Memaknai Rinjani #2

Hampir dua jam berjalan kami tiba di Pos satu, tidak lama istirahat kami langsung tancap gas menuju Pos dua, pemandangan sepanjang jalur pendakian indah sekali, juga tampak jelas terlihat beberapa jalur pendakian yang longsor akibat gempa dua tahun yang lalu. Setiba nya di pos dua kami istirahat dan foto-foto, selain keindahan nya, Rinjani juga terkenal dengan Porter-porter nya yang luarbiasa, bayangkan saja, dua pikulan berisi penuh mereka pikul dengan gagah, walaupun hanya beralas jepit, langkah mereka tidak goyah. Berjalan cukup cepat, kami tiba juga di Pos tiga, disini rencananya kami akan makan siang dan beribadah. Saat tengah duduk santai dan menikmati makan siang, kami didatangi kera, banyak sekali jumlahnya, ternyata tujuan mereka datang adalah untuk meminta belas kasihan dari para pendaki agar diberi makanan, kata seorang kawan, hal ini terjadi karena banyak pengunjung yang memberi makan kera, sehingga mereka terbiasa meminta makan dan cenderung pemalas, menyedihkan. Perut sud

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh