Aku, yang kembali Bertahan
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya,
Aku ingin minum secangkir kopi, dan tenggelam dalam lamunan,
Meresapi alunan musik yang menguasai,
Kulihat kau berada balik awan, hingga aku tersadar bahwa itu hanyalah bayanganmu,
Segitu dalam kah rasa rinduku padamu?
Hingga segala pikiran tentangmu masih saja menguasai,
Segera ku hirup kopi yang tergeletak di atas meja,
Menikmati setiap rasa yang ada di dalamnya.
Harusnya aku pergi, bukan malah memaafkanmu lagi,
Harusnya aku tinggalkanmu sendiri disini, bukan justru malah kembali untuk peduli,
Haruskah aku berada dalam kondisi seperti ini selamanya? Bersikap baik dengan orang yang telah membuat hatiku cabik?
Bersikap peduli dengan seseorang yang hampir saja membuatku mati?
Namun waktu tidak mampu menyusutkan rasaku, ia masih tersedia untukmu,
Salah seorang teman pernah berkata, bahwa menunggu seseorang yang telah menyakiti kita bukan berarti bodoh,
Itu hanya soal teguh pendirian, karena sekuat apapun kita berusaha untuk melupakan orang yang kita sayangi, itu hanya akan membuat hari-hari kita terasa sakit.
Biarlah aku kembali mengambil segala resiko yang mesti aku hadapi ke depan,
Karena aku percaya bahwa sekeras-kerasnya hati perempuan, suatu saat nanti akan luluh jika aku tetap terus berusaha,
Percuma aku berlalu-lalang mencari cinta yang lain, kalau pada kenyatannya hatiku sudah tertambat padamu,
Sudah berapa lama aku berjuang untuk mecari penggantimu, kalau pada realitanya tidak pernah bisa menggantikanmu.
Periode patah hatimu kali ini,
Akan aku pergunakan dengan sebaik-baiknya, untuk menjadi kesempatan awal mendekatimu lagi,
Aku akan tetap sama seperti awal kau kenal, tidak akan ada sedikit pun yang akan berubah dariku,
Kalau pun ada yang berubah, itu pasti untuk kebaikanmu,
Aku selalu mengatakan bahwa hal utama dari segala perhatian yang aku berikan adalah untuk membuatmu bahagia,
Walaupun tidak bisa kupungkiri, terkadang hatiku bertindak munafik, ia merasa kecewa saat bahagiamu bukan tercipta karenaku.
Aku tidak pernah mengerti dengan persaan yang aku miliki ini,
Meski kau pernah dengan sadisnya meninggalkanku, aku masih saja rela menghabiskan segala waktuku untuk kebahagiaanmu,
Mendengar segala keluh kesahmu, tanpa pernah kau tanyakan bagaimana perasaanku,
Dan aku bersedia menjadi tempat penghilang rasa sakitmu,
Rasa sakit yang kau dapati dari lelaki pilihanmu,
Aku tidak tahu apakah aku bodoh atau memang terlalu baik,
Aku masih berkenan untuk menjadi seseorang yang mengajarimu cara tertawa, cara menghapus luka.
Entahlah perasaan untukmu terlalu kuat untuk dikalahkan oleh rasa sakit,
Sampai kapan aku akan begini?
Sampai kau menemui orang baru kemudian mencampakanku lagi?
Aku rasa tidak banyak lelaki yang mau menjadi sepertiku,
Menggadaikan akal sehat demi mendengar kata hati,
Kalau seandainya bisa melawan, aku juga ingin menjadi seperti orang lain, menolak dinomor duakan.
Kalau saja kau tahu, aku ingin menjadi orang yang paling kau rindukan,
Menjadi orang yang paling kau cari ketika merasa kesusahan,
Menjadi orang yang juga kau cintai, kau impikan,
Aku ingin menjadi orang yang ketika aku marah, kau datang untuk meredakan amarahku, namun kau tidak pernah tahu segala keinginanku,
Jangan pernah ragukan kesetiaanku atasmu,
Aku tidak akan pernah pergi dan membiarkanmu terpuruk sendiri,
Aku akan tetap berada di sampingmu, bahkan saat seisi dunia membencimu,
Aku akan memelukmu, menjadi pundak ternyaman atas segala lelahmu,
Dan menjadi pendengar terbaik untuk segala keluh kesahmu.
“Bagaimana bisa aku melangkah sedang segala tentangmu masih saja mengudara di pikiran,
Dan bagaimana bisa aku berlari tanpa mengingat dirimu,
Sedang semua yang kau lakukan sudah berhasil menjeratku agar selalu bertahan untuk selamanya”
Komentar
Posting Komentar