Langsung ke konten utama

Empat Puluh Satu

Kau, yang kembali berpaling


Aku pikir memberikanmu jarak akan membuatmu menyadari bahwa kita ternyata sangat membutuhkan satu sama lain, tapi ternyata aku salah, jarak malah membuatmu sadar, kalau kau tidak lagi membutuhkanku,
Tidak ada yang salah denganmu, yang salah adalah aku, terlalu terlena dengan euforia bahagia hingga kebodohan menjadi teman nyata yang menganggu jiwa.


Setelah beberapa waktu menunggu, aku menerima sebuah kenyatan pahit untuk kedua kalinya, aku dapati sebuah kabar kalau kau sudah bersama lelaki lain, lelaki yang bahkan tidak pernah aku duga akan hadir di hidupmu, lelaki yang sudah aku anggap sebagai teman untuk berjalan bersama dan bekerjasama,
Aku yang berusaha keras untuk mendapatkanmu, ternyata dia juga berusaha keras agar aku tidak mendapatkanmu, akhirnya aku mengetahui, bahwa dia adalah dalang dari segala kegaduhan yang ada.


Aku tidak marah mendengar peristiwa ini, walaupun aku tidak pernah bisa menyembunyikan kekesalan ini, paling tidak aku  bersyukur karena tidak lagi terjebak pada cinta yang salah, aku jadi banyak belajar dari segala kejadian ini,
Kau sosok wanita yang aku anggap sebagai gadis baik, ternyata tidak pernah sebaik yang aku kira, dia yang aku sangka sebagai teman yang mengagumkan, ternyata malah ia yang menjatuhkan secara diam-diam, menusuk dari belakang, dasar pecundang!


Di sebuah lapangan dekat dengan pusat keramain kota, ia mengungkapkan perasaan padamu, di antara kerumunan teman-temanmu, ia memberikan setangkai bunga, lengkap dengan coklat yang paling kau suka, kau menerima cinta nya dengan penuh suka cita, kemudian teman-temanmu menyambutnya dengan sorak gembira, hal yang membuat hatiku lagi-lagi patah,
Aku tidak akan marah padamu, begitu juga dengan lelaki yang sudah menjadi pilihanmu, aku turut bahagia mendengar kabar baik itu, aku turut mendoakan yang terbaik, semoga kalian senantiasa bersama,
Aku senang karena sudah ada lelaki yang kau yakini layak untuk membahagiakanmu, sudah ada lelaki yang kau anggap cakap untuk menjagamu, lelaki yang akan menemani setiap langkahmu, semoga pilihanmu tidak salah.


Namun kau juga harus tahu, bahwa aku adalah lelaki biasa, tidak ada bedanya dengan lelaki lain di luar sana, bisa merasakan sakit, bisa merasakan sedih, juga bisa merasakan pedihnya jatuh berkali-kali, sebisa mungkin aku untuk tidak berubah, untuk tetap menjadi orang yang kau kenal seperti biasanya, tapi jika seandainya waktu membawaku pergi jauh dari hadapanmu, ingatlah selalu bahwa aku pernah menjadi seseorang yang sangat berharap bisa memilikimu.


Rasanya tidak perlu lagi ada penjelasan yang harus aku jabarkan, atau klarifikasi yang kau berikan, semuanya sudah cukup jelas untuk dimengerti, akan percuma menjelaskan segala hal yang membuatku bisa bertahan, karena pada kenyataannya kau tidak pernah menghargai setiap usaha yang aku kerahkan,
Kau yang aku cinta, membuatku kembali luka, kau yang susah payah aku perjuangkan, malah dia yang kau pilih untuk menjadi seseorang yang akan menemanimu, begitulah realita yang harus aku hadapi sekarang, ekspetasi yang sudah aku bangun mendadak porak-poranda di buatnya, segala sesuatu yang sudah aku rencanakan berakhir di tengah jalan, sebab kau sebagai pemeran utama yang aku tujukan,sudah memilih pergi dengan orang lain.


Selamat ucapku padamu, semoga kau bahagia dan dapat menuai suka cita setiap harinya, semoga hari-harimu terwarnai oleh kehadiran dirinya, tidak usah tanya bagaimana denganku, karena segala perhatianmu tidak akan lagi punya arti untukku,
Tidak usah bersusah payah memberikan tangan untuk aku genggam, kalau pada nyatanya hanya untuk kau lepaskan, tidak usah saling berinteraksi, karena aku sadar segala yang kau lakukan hanya sekedar tindakan basa-basi.


Untuk hari-hari ke depan, aku akan tetap baik-baik saja, aku akan tetap menjalani hidup seperti bisanya, makan seperlunya, minum secukupnya, dan kemudian tidur seperti biasanya, untuk kesekian kali,
Semoga kau bahagia denganya.







"Kau memudar oleh senyawa yang disebut waktu,
Mungkin semesta dan kau memang menginginkan ini,
Mulai saat ini, aku akan memadamkan lilin-lilin kesedihan,
Dan melepas setiap jengkal langkah kepergianmu”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh