Langsung ke konten utama

Empat Puluh Lima


Tidak Jauh berbeda

Aku tahu bahwa sulit sekali melupakan kita yang dulu, namun itu hanya untukku sendiri, sedangkan kau begitu mudah melupakannya, kita yang dulu pernah ada, pernah menjalani hari bersama-sama meski tanpa nama.
Kau tahu? yang tersulit bagiku bukanlah untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi membereskan segala kenangan tentang kau yang masih tertinggal, dan aku harus terbiasa melewati tempat yang dulu pernah menjadi tujuan favorit kita, tempat yang pernah kau dan aku ada.


Apa yang kau lakukan untuknya sekarang adalah hal yang pernah sangat aku dambakan sejak dulu, menjadi pemilik sah dirimu satu-satunya adalah hal yang pernah sangat aku inginkan kala itu, orang yang sekarang senantiasa menemani kemanapun langkahmu tertuju, adalah orang yang berhasil mendapatkan cita-citaku sejak dulu.
Kau yang dulu aku impikan, malah dia yang menggapai mimpiku, aku yang sangat berharap bisa berada di sebelamu, malah ia yang kau pilih untuk menjadi penuntunmu, segala hal yang ingin aku lakukan bersamamu, terhalang sesuatu yang tidak bisa aku tembus, terbatasi oleh orang baru yang kau anggap mencintaimu dengan tulus.


Biar aku kemas rasa ini baik-baik, akan aku simpan segala kenangan yang pernah kita lalui di balik gumpalan awan, agar nanti ketika hujan turun, ia juga jatuh bersama rintikan hujan, biarlah hujan menjadi sebuah penanda, bahwa dulu  kita pernah melalui hari-hari bersama walau dengan ikatan yang tanpa nama.
Untuk segala kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi, tidak usah lagi kita sesali, biarlah menjadi cerita untuk kita kenang suatu saat nanti, sebagai pelajaran bahwa aku pernah mencintaimu setengah mati, dan kau yang tidak pernah mencintaiku dengan hati, dan kepada kekasihmu saat ini, sampaikan salamku padanya, semoga ia selalu bisa membuat senyummu terekah, bahkan disaat kau sedang terluka.


Tidak perlau lagi mengungkit tentang kejadian-kejadian yang pernah terlewati, apalagi sampai mengutuk siapa yang paling tersakiti, tidak usah saling membela diri atas segala peristiwa yang pernah terjadi, karena akan percuma menyesali sesuatu yang telah terjadi, buang-buang waktu dan hanya akan menyakitkan hati.
Aku selalu siap untuk jatuh cinta lagi, sama sepertimu yang sudah berpaling hati, tapi aku tidak sama denganmu, yang bisa mencintai hanya dalam hitungan hari, aku butuh waktu untuk mencintai, terutama setelah rasa sakit yang aku alami, semoga orang yang kau cintai saat ini bukan menjadi pelampiasan untuk membungkus rasa sakit yang kau miliki.


Mulai saat ini, kita putuskan dulu  segala bentuk komunikasi, bukan karena aku tidak dewasa dalam menyikapi permasalahan ini, aku hanya ingin melalui hari-hari tanpa mengenang segala hal yang pernah kita lalui, karena itu hanya akan membuatku menjadi semakin sakit hati.
Kelak jika memang sudah tiba saatnya, saat kita menjadi sepasang asing yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, saat luka yang aku miliki sudah mengering, kita akan kembali menjadi sepasang sahabat yang saling mendoakan.


Biarlah diam-diam rindu yang tak terucap menyapa kita, hingga kita pun mengirimkan rindu kita dalam diam, rindu untukmu masih akan tetap aku persembahkan, sejauh apapun kau pergi, terima kasih atas segala pengalaman yang kau berikan.





“Sama seperi malam-malam sebelumnya,
Aku ingin mengucapkan selamat malam dan mimpi indah,
Meski pada kenyataanya,
Kau sudah hidup bahagia bersamanya”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh