Langsung ke konten utama

Empat Puluh

Semoga, Kau temukan Bahagia


Aku pernah berusaha kuat mengenggam hatimu yang beku meski tanganku kedinginan, aku pernah berusaha hebat untuk meruntuhkan hatimu yang kokoh seperti batu karang, aku pernah berjuang mati-matian untuk seseorang yang tidak menginginkan, karena kupikir segala hal yang kulakukan akan mendapatkan balasan, segala usaha yang aku kerahkan akan mendapatkan penghargaan, namun yang aku dapatkan malah kehancuran.


Seandainya kadar cinta seseorang diukur dengan seberapa lama mampu menunggu, maka aku telah mengorbankan banyak waktu untuk mendapatkanmu, bila seandainya kekuatan cinta seseorang dinilai dari sekuat apa ia bertahan, maka aku telah banyak melewati berbagai macam kejadian, bila seandainya ketulusan cinta dinilai dari berapa banyak perngorbanan, maka aku telah banyak melakukan berbagai macam persembahan.


Entah harus bagaimana aku menjelaskan tentang perasaanku tanpamu, bukan hal mudah bagiku menjalani kisah tanpa ada kejelasan, menunggu kabar darimu yang tidak tau kapan akan datang, bukankah kau tau cinta yang kumiliki untukmu begitu tulus?,
Maka aku mohon kepadamu jangan membuatku terluka karena keadaan, karena rasa penasaran yang terus menerus ini.


Aku tidak tahu bagaimana bisa aku melangkah, sedang segala perlakuanmu masih saja mengudara di pikiranku, aku tidak tahu bagaimana bisa berjalan sedang wajahmu masih saja membayangiku, dan bagaimana bisa aku berlari tanpa mengingat dirimu, sedang semua yang kau lakukan sudah berhasil menjeratku agar selalu di posisi bertahan selamanya.


Telah berulang kali aku merasakan jatuh cinta, namun baru kali ini aku benar-benar merasa susah, telah berulang kali juga aku mengalami patah hati, namun baru kali ini membuatku merasa semua tidak lagi berarti, jatuh cinta yang kali ini benar-benar membuatku untuk menerima segala bentuk toleransi, kau membuatku sakit, aku tidak marah, kau menghilang aku tetap mencari, kau pergi, aku tetap menunggu, itu tidak lain karena rasa ini terlalu agung untuk dikalahkan segalanya.


Aku berpesan untukmu, jika sekiranya sudah tidak ada lagi kesempatan untukku, aku mohon untuk kau segera berbicara, aku tidak memaksa kau untuk menghargai perasaanku, jika memang kau sudah tidak merasa nyaman dan menemukan hati yang baru, pergilah semaumu, bukan dengan cara kau melepas perlahan dengan sifat diammu yang membingungkan seperti ini, membuatku merasa bimbang harus bersikap seperti apa lagi denganmdenganmu.


Aku tidak akan pernah membencimu, sekalipun aku harus menerima sebuah kenyataan kalau kau memilih pergi, nanti jika kau temukan seorang yang baru, seorang yang akan menjadi pengganti kehadiranku, pengganti sosokku yang bahkan tidak pernah bisa memilikimu, bicaralah padanya untuk tidak bersikap sama denganku, agar ia tidak bernasib sama dengan apa yang aku rasakan, ditinggal pergi tanpa kepastian.


Kejadian kala itu benar-benar merubah segalanya, rencana yang sudah aku susun rapi menjadi berantakan, surat kedua yang aku berikan kala itu mustahil akan menemui jawaban, kecuali kalau memang ada sedikit kepedulian yang akan kau berikan,
Kau mengabaikanku dengan sesukamu, sudah satu minggu lebih aku coba untuk menghubungimu, namun tidak pernah ada balasan yang aku dapatkan, aku coba untuk datang kerumahmu, namun hanya kehampaan yang kudapatkan.


Kau tak mengamini diriku, tak punya niat sedikitpun untuk menemui, dengan sadar diri aku pun mundur perlahan, karena memang tidak ada yang bisa diperjuangkan lagi, aku mencoba untuk tidak lagi menganggumu, mencoba menjauhimu untuk sedikit memberi ruang bagimu berpikir, memberi ruang untukmu berkontemplasi dengan alam semesta untuk kemudian nantinya bisa memberikan kejelasan padaku.


Aku coba persembahkan coklat, namun kau menolaknya, aku coba persembahkan penjelasan, tapi kau tak pernah mau menghiraukan nya, aku persembahkan kasih sayang, namun kau membencinya, lalu saat aku persembahkan sebuah ketidakpedulian, kenapa engkau pilih mendekatinya?
Biarlah aku akan menunggu semua nya dengan penuh kesabaran, untuk kemudian mendapati sebuah kenyataan, kau memberi maaf untukku atau malah kau tidak pernah mau lagi mengenalku, anggaplah ini jalan terakhir yang harus aku tempuh.


Jika pun nanti semua tidak bisa diperbaiki, aku akan ikhlas menghadapi semuanya, dan memilih berdamai pada diri sendiri, untuk kemudian berjalan lagi mencari arti, meneruskan hidup yang memang harus diteruskan, aku tidak boleh di kalahkan keadaan, karena ada cita-cita yang harus aku wujudkan, tidak ada yang boleh menghalangi langkahku menuju kesukesan,  apalagi itu hanya kesedihan.







“Aku pernah menggantung harap padamu setinggi langit,
Namun bodohnya aku lupa,
Bintang pun tetap bisa jatuh,
Kau pergi jauh, bersama harapku dan membawanya jauh”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh