Langsung ke konten utama

Ditinggal Menikah

Ditinggal Menikah 


Awalnya, aku tidak meyangka akan ditinggal menikah oleh seseorang yang aku kagumi, seseorang yang sudah berulang kali aku sia-siakan, hingga akhirnya pergi meninggalkan.

Jika ditelisik, banyak sekali kesalahanku yang harusnya membuat ia marah, ternyata itu tidak ia lakukan, musabab ia adalah perempuan yang luar biasa, wajar saja banyak lelaki yang mengejarnya.

Kupikir, aku dan dia masih akan bisa melanjutkan perjalanan ini, memperbaiki semua yang telah rusak, namun sejurus kemudian, aku dapati sebuah surat undangan yang menghampiriku, sedikit sakit ketika melihatnya, namun dengan penuh kedewasaan, akhirnya aku turut mendoakan yang terbaik untuk ia dan laki-laki pilihanya.

Aku senang ketika melihat ia sekarang sudah hidup bahagia bersama laki-laki pilihannya,
Dulu, aku sempat berat untuk melupakan, namun seiring berjalannya waktu, aku akhirnya berhasil untuk mengikhlaskan

Di masa lalu, aku begitu suka ketika bisa menatap matamu diam-diam, kau yang menyadari nya pun pura-pura tidak tahu, kemudian kita berdua tertawa, saling tersipu malu, tak peduli seberapa ramai orang yang berada di sekitar kita.

Pada suatu seketika, kita pernah menghabiskan malam bersama,menatap langit, kemudian saling bertatap sengit, mengisyaratkan, bahwa tidak boleh ada diantara kita yang mengendap rasa sakit.

Tapi sekarang semua jalan nya sudah berbeda, kau sudah menjalani hidup bahagia bersama suami dan anakmu, kebetulan bulan lahirku dan anakmu sama, jangan-jangan itu konspirasi semesta agar aku selalu mengingatmu hehe

Disini, aku sedang merajut bahagia dengan wanita yang aku pilih, tidak bermaksud menyamakanmu dengan nya, tapi aku melihat banyak kesamaan antara kau dengannya,
Doakan aku, semoga segera mendapatkan bahagia seperti yang kau rasa .

Terima kasih banyak atas pelajaran yang membuatku semakin dewasa.

Semoga, bahagia selalu menyertaimu

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh