Surat terakhir untukmu
Ada yang tidak lengkap rasanya, jika aku tidak memberi kenang-kenangan untuk perpisahan kita, maka izinkan aku untuk memberi sebuah persembhan untukmu, aku merangkai tulisan sejak kita masih sedekat nadi, sebelum akhirnya sejauh matahari, tentang kita, tentang aku, tentang kau, dan tentang segala keadaan yang pernah kita lalui.
Kau adalah salah satu hadiah terindah dari sang empunya semesta, hadiah yang akan selalu terkenang hingga aku dimakan usia.
Berawal dari kedatanganmu yang tidak pernah aku duga sebelumnya, hingga berakhir dengan cara yang aku anggap luarbiasa, sebuah pertemuan kala itu, mataku dan matamu beradu tatap diantara guyuran hujan yang jatuh ke bumi, tanganku mengenggam tanganmu, mulutku mengucap sebuah kalimat yang membawa kita pada kedekatan.
Sejak pertemuan itu, hari-hariku diisi dengan memikirkanmu, tidak terasa hari berganti hari, kamu dan aku semakin dekat, segala tentangmu semakin pekat dalam ingat, rasa nyaman tidak bisa lagi dipungkiri, dan cinta yang kumiliki tidak bisa lagi di ajak untuk berkompromi.
Semakin hari, ragu dan yakin senantiasa menghiasi, satu sisi aku yakin dengan perasaan yang aku miliki, satu sisi aku ragu atas perasaan yang kau milikki untukku, sepanjang jalan cinta yang pernah aku tempuh, denganmu adalah hal yang paling berkesan, aku pernah memiliki perasaan dengan seseorang beberapa tahun yang lalu, pernah menjalani hubungan walau akhirnya dipisahkan, sejak saat itu aku tidak pernah merasakan cinta kembali, barulah padamu aku merasakan lagi semuanya, semesta mempertemukan kita dengan cara yang luarbiasa, walau akhirnya semesta juga yang memisahkan kita dengan tega.
Waktu sempat memisahkan kita berdua, hingga akhirnya dipertemukan kembali, tetap seperti sedia kala, kau terlihat biasa saja dalam menghadapi segala kisah, sementara aku menunggunya dengan antusias yang beda, berharap akan ada satu hal yang bermakna.
Sampai pada akhirnya, kehadiran orang ketiga menyudutkan keberadaan kita berdua, kau dan aku resmi berpisah, oleh situasi yang tidak pernah aku perkirakan sebelumnya, aku menyerah pada keadaan, sebagai manusia normal, aku juga punya rasa lelah, kecewa, sama seperti manusia normal lain nya, aku memilih untuk mundur, bukan berarti rasa yang aku miliki telah luntur.
Terimakasih untuk segalanya, segala cerita, segala canda tawa, juga duka lara dan pelajaran yang terbesit di dalamnya, biarlah seperti ini saja untuk saat ini, kau bersamanya, dan aku bersama kenangan lama kita, pada akhirnya semesta lah yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk kita berdua.
“Sekuat apapun kau genggam, setangguh apapun kau halangi, setegar apapun kau bertahan,
Jika memang bukan untukmu, tidak akan pernah menjadi milikmu,
Karena akan ada masa dimana kita melepaskan yang kita miliki,
Untuk mendapatkan lagi kebahagiaan”
Komentar
Posting Komentar