Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi.
Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat.
Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan.
Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini :
“Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa”
Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri.
Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini :
“Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann”
Yang cuma dibalas dengan dua centang biru. Atau lagi :
“Besok kau jadi pulang ke kota ? diantar sama siapa ? hati-hati di jalan ya. Berkabar jika sudah sampai”
Yang kemudian tetap dibalas dengan dua centang biru.
Aku melakukan apapun untukmu, kupikir itu sudah paling baik. Tapi, mungkin dia lebih. Itulah sebabnya kau memilih tinggal pada hati yang lain. Meskipun aku mati-matian merawat hati dan perasaan ini agar terus tumbuh.
Baiklah, kali ini memang harus kuikhlaskan. Mau sekuat apapun berjuang, yang menjadi keinginanmu tidak pernah ada pada diriku.
Dia telah hilang dan mati.
Kau tau tidak? Diantara pagi, siang dan malam kabarmu lah yang paling ingin aku ketahui. Karnamu pula aku menjadi seseorang yang amat pilu ketika rindu semakin menggebu. Pada jarak yang tak begitu jauh seharusnya aku bisa memelukmu, tapi nyatanya menatapmu saja aku tak mampu. Aku cemburu pada dia yang abadi dalam tulisanmu, sedangkan aku hanya menjadi yang paling setia membaca tulisanmu. Aku cemburu pada ia yang selalu kau kenang, sedangkan aku menjadi yg paling ingin kau sayang. Lucu bukan, saat kau sibuk mengenang aku pun turut sibuk menjulang doa agar gundah mu segera mereda.
BalasHapus