Langsung ke konten utama

Lima Puluh Satu

Epilog


Akhirnya waktu benar-benar memudarkan kita, membuatku tidak lagi memikirkanmu, di sini aku sudah menjalani hidupku dengan bahagia, hal berbeda dengan apa yang kau rasakan disana, aku dapati kabar jika kau sedang sibuk mengemas luka, merajut asa untuk kembali merasakan bahagia, sebab ia yang telah kau percayakan untuk menjaga hatimu, ternyata pergi meninggalkanmu.


Aku berterima kasih banyak padamu, sebab kau yang dulu berulang kali melukaiku, berhasil mengantarkanku pada hal yang sudah aku impikan sejak dulu, aku membuat sebuah naskah yang bercerita tentang kisah kita, dan beruntungnya diterima oleh salah satu penerbit, sehingga kisah kita yang tidak lagi bermakna, menjadi suatu hal yang penuh makna.


Aku harap, setiap orang yang membaca kisah kita, mereka bisa belajar, sehingga tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang pernah kau lakukan, menyia-nyiakan seseorang yang sangat menyanyangi, demi seseorang yang tidak pernah bersungguh-sungguh untukmu, dan semoga juga belajar dariku, berulang kali jatuh di tempat yang sama, menginginkan seseorang yang tidak pernah menginginkan.


Biarlah itu menjadi masa lalu kita, aku pun disini sudah melupakan semuanya, melupakan segala hal yang pernah kau lakukan padaku, aku menjadikannya pengalaman paling berharga dalam hidupku, agar tidak lagi terjatuh pada cinta yang salah, walaupun sejak awal kita tidak pernah tahu, akan jatuh cinta pada seseorang yang salah atau tidak, sebab cinta itu buta.


Kalau seandainya semesta mengizinkanku untuk kembali bertemu denganmu, aku ingin sekali bertemu denganmu, walaupun hanya sebentar saja, aku ingin sekali berbicara denganmu, membantu menguatkanmu dari segala peristiwa yang menimpamu, sebab bagaimanapun, kau adalah sahabatku, dan seseorang yang pernah menghiasi hari-hariku.


Tapi aku tidak akan mengulangi kesalahanku di masa lalu, karena di sini sudah ada seseorang yang lain menemaniku, seseorang yang benar-benar mencintaiku, seseorang yang membantuku dalam banyak hal, dan yang paling penting, ia tidak sepertimu yang datang membawa bahagia, kemudian pergi meninggalkan luka.


Semoga kau lekas sembuh dari rasa luka yang mendera, dari rasa sakit yang melanda, dan dari rasa kecewa yang tak kunjung reda,
Aku yakin waktu akan menjadikanmu seseorang yang lebih kuat, dan pasti suatu saat nanti semesta akan mempertemukanmu kembali dengan seseorang yang mampu membuatmu merasa seperti sedia kala, sekarang nikmati saja, mungkin semesta sedang memberikan karma atas segala tindakanmu di masa lalu, bukan hanya padaku, juga pada orang lain nya.

Komentar

  1. Ingatlah, angin tidak tercipta sebagai 'Makhluk Hidup' namun ia bebas untuk bergerak. Walau nganga luka di liuk pikuk kehidupan semakin menganga, kau pun bebas menjadi 'angin'

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh