Dia, yang datang secara diam-diam
Satu hal yang tidak pernah aku persiapkan sebelumnya, bahwa akan ada seseorang yang datang untuk merebutmu dariku, tidak pernah terbayangkan sedikit pun olehku sebelumnya, bahwa di antara kau dan aku, ada seseorang yang diam-diam menyelinap masuk ketika kau merasa kecewa, ada seseorang yang telah datang memperkeruh suasana, ia datang mengambil kesempatan, mencoba bersikap bijaksana atas segala masalah yang tercipta, menghadirkan sebuah bencana diantara rencana.
Sebenarnya aku tidak begitu mempermasalahkan, jika seseorang yang datang itu adalah orang yang tidak pernah aku kenali sebelumnya, namun yang aku sesalkan, seseorang yang datang padamu adalah seorang teman yang sudah lama aku kenali sebelumnya, seorang teman yang sudah sering kali makan bersama, juga menghabiskan setiap waktu bersama, duduk berdua sambil bercerita tentang keindahan cinta, namun rupanya ia juga yang membuat cinta tidak lagi indah.
Tidak kah kau merasa bersalah?
Menghancurkan sesuatu yang sudah aku impikan sejak lama, tidak kah kau merasa keterlaluan? Memanfaatkan situasi yang sedang ingin aku perbaiki, bukankah kau menyadari? Betapa sakitnya dikhianti oleh teman sendiri? Rupanya kau yang menjadi biang kladi atas kejadian ini, menyutradai ini semua dengan sempurna, kemudian memainkan peran dengan luar biasa, haruskah aku bertepuk tangan atas keberhasilanmu yang membuatku merana?
Namun aku harus mengerti, bahwa tidak semua orang menggunakan hati nurani, akan ada sseorang yang memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan, dulu aku menganggap dia adalah teman yang menganggumkan, namun ternyata malah ia yang menjatuhkan, biarlah ini kujadikan sebagai pembelajaran di waktu ke depan.
Jika memang ia sudah memilihmu, semoga kau bisa menjaganya dengan baik, jagalah dengan sebaik-baiknya kau menjaga, aku yakin ia tidak salah memilihmu, lakukanlah apa yang ingin kalian berdua lakukan, aku akan memaafkan segala kejadian yang sudah terlewatkan, biarlah kujadikan pembelajaran di masa depan.
Tidak sepantasnya juga aku menyalahkamu, dan juga ia yang telah merebutmu dariku, semua adalah salahku karena tidak bisa menjadi seseorang yang baik untukmu, tidak bisa menjadi seperti seseorang yang kau inginkan, dan tidak mampu menjaga kepercayaan yang sudah kau berikan, hingga kau memutuskan untuk mengalihkan pandanganmu dariku, bertukar dengan ia yang kau anggap mampu memenuhi segala hal yang kau mau.
Kalau sudah seperti ini yang terjadi, satu-satunya hal yang harus aku lakukan hanyalah pergi, jika pun seandainya suatu saat nanti akan ada pertengkaran hebat di antara kalian, aku tidak akan mencampuri dan berlagak menjadi seseorang yang menengahi, apalagi menjadi orang ketiga seperti yang ia lakukan, karena aku tahu betul bagaimana rasanya dikhianati oleh seseorang yang sangat kita percayai, mana mungkin aku akan melakukan hal itu pada teman karibku sendiri.
Akan ada sedikit pesan yang ingin kusampaikan untukmu, tolong jaga ia dengan baik, perlakukan ia dengan sebaik-baiknya, sebagaimana kau memperlakukan ibu mu, jangan biarkan kesedihan menjadi teman akrabnya, jangan biarkan air mata kesedihan jatuh dari pelupuk matanya, tidak ada sedikit pun maksud untuk mengaturmu, itu tidak lain kusampaikan karena ia telah memilihmu untuk menjadi orang yang menjaganya,
Aku selalu mendoakan untuk kebaikan kalian berdua, semoga apa yang saat ini aku alami, tidak menghampiri dirimu di kemudian hari, karena kau tidak akan pernah tahu, betapa luarbiasa sakitnya di khianati.
“Mengapa kita dipertemukan?
Kalau hanya untuk kembali dipisahkan,
Bagaimana bisa aku begitu sulit melepaskan?
Sedang memilikimu saja belum pernah”
Komentar
Posting Komentar