Langsung ke konten utama

Tiga Puluh Tujuh

KesalahPahaman


Ada beberapa cara semesta untuk memisahkan seseorang dengan seseorang lain yang disukainya,  bisa karena kesalahan yang diperbuat oleh diri sendiri, atau bisa juga karena orang lain yang tidak menyukai kebahagiaan yang kita miliki,
Dan aku sedang berada pada kalimat yang kedua.


Belum lama aku dapatkan keteraturan yang membuat hari-hariku berwarna,
Sudah dihancurkan oleh seseorang yang aku sendiri tidak tahu bagaimana rupanya,
Hampir saja aku dapatkan sesuatu yang sudah aku idam-idamkan,
Namun sudah dihempaskan oleh seseorang yang tidak tahu bagaimana lelahnya aku memperjuangkan,
Sudah banyak jalan terjal yang aku lewati untuk merengkuh kebahagiaan,
Namun ketika hampir tiba pada waktunya, aku terjegal oleh seseorang yang ingin sekali melihat aku gagal.


Kala itu di tengah hiruk pikuk pagelaran sebuah acara,
Kau mendengarkan sebuah perbincangan yang menusuk hatimu,
Perbincangan antara dua orang yang sebenarnya tidak pernah benar-benar tahu tentang duniaku,
Seseorang yang tidak pernah benar-benar aku kenali sebelumnya,
Ia berujar bahwa aku sudah punya kekasih baru, aku tidak tahu dari mana mereka bisa menyimpulkan sesuatu tanpa mencari kebenarnanya terlebih dulu.


Namun sialnya, kau yang lugu, langsung saja mempercayai segala apa yang telah kau dengar, tanpa bertanya lebih dulu denganku,
Aku tidak bisa berbuat banyak atas kejadian ini, tidak bisa menyalahkan siapa-siapa selain diriku sendiri, sekuat tenaga aku mencoba menghubungimu, untuk menjelaskan tentang semua yang telah terjadi, namun kau mengabaikannya.


Rupa-rupanya ada seseorang yang tidak menyukai kedekatan kita berdua,
Mungkin ia tidak rela jika melihat kau yang ia sukai, dekat dengan orang lain, hingga timbul berbagai macam upaya untuk memisahkan kita berdua,
Mungkin sekarang ia sudah merasa puas dan menepuk dada dengan bangga,
Ia berhasil merusak hubungan yang sudah lama aku jalin, sebuah kedekatan yang sudah aku bangun dengan susah payah agar aku bisa mendapatkanmu.


Atas kejadian ini semua berbalik seratus delapan puluh derajat dari apa yang aku harapkan sebelumnya,
Semua rencana yang sudah terencana mendadak sirna, kejadian yang membuatku kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya,
Kesalahpahaman yang akan membuat kau menjauhiku,

Kenapa kau lebih percaya dengan perkataan orang lain ketimbang perkataanku?
Tidakkah kau ingin bertanya terlebih dulu atau mendengarkan penjelasan dariku?


Tidak terhitung lagi berapa banyak panggilan dariku yang tak kau angkat,
Sudah berapa banyak pesan singkat yang aku kirimkan padamu,
Kau mungkin mengira aku menyukai seseorang selain darimu, padahal aku sama sekali tidak menyukai orang lain,
Ka menduga aku mendambakan wanita lain untuk jadi kekasihku, padahal tidak ada orang yang aku dambakan untuk menjadi kekasih selain daripada dirimu,
Sebab padamu hatiku sudah berlabuh.


Segala upaya sudah aku coba untuk meyakinkanmu,
Namun hatimu terlalu keras untuk aku lembutkan dan pendirianmu terlalu kuat untuk aku goyahkan,
Kemudian kau pergi menjauhiku sesuka hatimu, aku pun tak mampu untuk menahanmu agar tetap berada di sampingku,
Aku tak kuasa untuk memaksamu agar kembali mempercayaiku.


Aku hanya berdiam diri untuk lantas merenungi nasib burukku,
Ini tidak sepenuhnya salahmu, ini juga kesalahan yang harusnya sudah aku antisipasi jauh-jauh hari, disaat kesempatan itu datang, ada-ada saja yang menghalangiku untuk mendapatkanmu,
Hingga pada akhirnya kau memilih menjauh dan tak menerima apapun alasan dari diriku, selain berjuang, memangnya aku bisa apa?


Aku benci dengan diriku yang tak mampu menggunakan kesempatan yang sudah kau berikan,
Aku marah dengan diriku yang telah membuat sakit hatimu,
Aku kesal dengan diriku yang mungkin tidak akan bisa lagi mendekatimu,
Jika usaha yang aku lakukan tidak menemui hasil, aku masih punya cara terakhir yang aku anggap punya kekuatan,
Berbagai macam doa akan aku haturkan, berbagai permohonan akan aku limpahkan, agar kau bisa memahamiku dan bisa lebih membuka diri untuk mendengarkan segala penjelasanku.






“Kebahagian tidak pernah bisa dipilih,
Semesta lah yang menentukan,
Entah sesuai dengan yang kita harapkan,
Atau jauh dari yang kita inginkan”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh