Malaikat Tanpa Sayap
Suatu ketika aku pernah meminta izin padamu, agar diperkenankan untuk mengunjungi rumahmu,
Namun kau menolak karena alasan tidak pernah menerima tamu laki-laki sebelumnya,
Aku takjub dan memaklumi tentang hal itu.
Tapi aku mencari cara lain, untuk bisa mengucapkan suatu hal pada orang yang telah menghadirkanmu untukku,
Aku meminta nomor ponsel ibu mu,
Hal yang lantas membuatmu bertanya
"Untuk apa?”
“Aku ingin berterima kasih padanya karena telah menghadirkanmu ke muka bumi” jawabku
Dihadapanku, pipimu mendadak merah merona, dan senyuman terlukiskan di bibirmu,
Kau kelihatan malu, tapi kuyakin kau suka dengan ucapanku.
Kenapa hanya ibu ?
Kenapa tidak ayah ?
Aku tersenyum, ketika mendengarkan pertanyaan yang keluar dari mulutmu,
Kenapa selalu ibu, karena ibu adalah surga yang nyata, ia memberikan segala hal yang kau mau, tanpa ibu kau tidak akan pernah bisa hadir dan menghirup udara segar di muka bumi.
Tidak ada orang yang lebih hebat dari pada ibu, tubuhnya tidak sekuat laki-laki, namun ia selalu kuat dalam menghadapi masalah yang datang silih berganti,
Raganya tak setegar batu karang, namun ia selalu tegar dalam menghadapi berbagai macam rintangan.
Adakah yang lebih kuat dari ibu? mengandung sembilan bulan tanpa mengenal rasa lelah,
Menggendong sampai kita bisa berjalan dan menginjak tanah,
Membesarkan kita hingga mengerti bagaimana dunia,
Memberikan semua yang terbaik agar kita bahagia.
Sementara tentang ayah,
Dia adalah laki-laki yang tidak pernah mengenal kata menyerah,
Ia adalah pemeran utama dalam sebuah keluarga,
Mencari nafkah untuk membahagiakan istri dan anak-anaknya,
Yang rela bekerja siang dan malam untuk mewujudkan keinginan anaknya tanpa mengenal rasa lelah.
Ibu dan ayah adalah dua orang yang sama-sama mengagumkan,
Kedua nya adalah kolaborasi maha dahsyat yang tidak pernah ada dua nya,
Lantas beberapa pertanyan menggeliat di kepala,
Hal-hal apa saja yang sudah kita perbuat untuk kedua nya?
Apakah kita sudah membuatnya bahagia?
Seperti yang ia lakukan dari sejak kita kecil hingga dewasa?
Apakah sudah kita menjadi teman cerita yang baik untuknya?
Bukankah ketika kecil, merekalah yang senantiasa mengajarkan kita untuk bisa bicara?
Atau jangan-jangan kita terlalu sibuk dengan dunia?
Terlalu sibuk dengan kerja, hingga lupa bahwa mereka adalah dua orang yang membesarkan kita,
Menjadi pengantar bagi kita hingga bisa mendapatkan apa yang kita punya?
Apakah kita terlalu sibuk dengan teman hingga mengabaikanya?
Jika kau bertanya siapa orang yang paling layak untuk dibahagiakan,
Maka jawaban nya adalah mereka berdua,
Sosok malaikat yang menjelma menjadi seorang manusia, yang rela melakukan apa saja untuk kebahagiaan anak nya,
Ibu merupakan tempat terbaik untuk mengadu dari segala keluh kesah yang ada,
Seringkali ia mendoakan anaknya sampai lupa mendoakan dirinya sendiri.
Adil sekali rasanya jika ada yang mengatakan bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu,
Bagiku segala yang diberikan ibu adalah surga dunia,
Tanpa kasih sayang tulus dari seorang ibu, kita tidak akan pernah menjadi orang yang tumbuh dewasa dengan bahagia.
Dan teruntuk kau, yang suatu saat nanti akan menjadi seorang ibu,
Semoga kau menjadi seorang ibu yang baik untuk suami dan anak-anakmu,
Memperlakukan anak-anakmu sebagaimana yang ibu dan ayahmu perlakukan padamu,
Terlepas nanti kau akan menajdi ibu dari anak-anakku atau tidak,
Aku selalu mendoakan yang terbaikmu,
Biarlah nanti waktu yang akan menjawab.
Doa ibu lebih luas daripada langit,
Dia yang tidak pernah jujur dengan luka,
Tak perduli betapa sakit hattinya,
Selalu saja terselip kata maaf untuk anak-anaknya”
Komentar
Posting Komentar