Langsung ke konten utama

Tiga Puluh Dua

Untuk yang kedua kalinya


Aku ingin berterima kasih pada semesta,
Untuk harapan yang menjadi kenyataan,
Ia dengan konspirasinya menciptakan sebuah pertemuan kembali denganmu,
Sebuah keinginan yang sudah lama aku nantikan,
Apakah semesta mempertemukan kita kembali hanya untuk membantumu menjadi seseorang yang lebih baik lagi?
Kemudian kembali pergi?
Atau semesta mempertemukan kita untuk menyatu selamanya?


Akhirnya aku merasakan lagi,
Hari dimana aku bisa dengan leluasa menatap matamu,
Setiap waktu tanpa seorang pun yang tahu,
Aku bisa merasakan lagi,
Betapa hangatnya komunikasi yang kita lakukan, tanpa dibatasi oleh tekonologi, kita berbicara tentang cinta,
Tentang segala hal yang menyenangkan hati.


Jangan bersedih lagi,
Tidak usah pikirkan orang yang membicarkan keburukanmu,
Setiap orang punya penilaian tersendiri untukmu,
Kau hanya perlu bersabar menghadapi segala cacian yang datang,
Segala umpatan dari nada-nada sumbang.


Kau harus tetap melanjutkan hidup seperti biasanya,
Tanpa peduli orang yang tidak suka padamu,
Sekuat apapun orang-orang membicarakan keburukanmu,
Suatu saat nanti waktu akan menjawab segalanya,
Siapa yang benar dan siapa yang salah,
Tidak usah khawatir atas semuanya, jika memang kau adalah orang yang baik,
Kau akan tetap dianggap baik sekeras apapun usaha orang lain untuk menjatuhkanmu. 


“Ini minum dulu”


Segelas coklat hangat yang mungkin akan memperbaiki suasana hatimu, 
Sore ini aku berhasil mewujudkan keinginanku, untuk mengajakmu mendaki salah satu bukit di sudut kota,
Aku ingin kita sama-sama menikmati senja yang tenggelam berwarna kemerahan,
Kemudian larut dalam suasana yang menenangkan.


Kau tidak seharusnya berlarut dalam kesedihan,
Orang  lain tidak tahu tentang hidupmu,
Tidak usah bersedih ketika banyak orang yang berasumsi buruk tentangmu,
Beberapa orang memang seperti itu,
Melakukan sesuatu sesukanya,
Tanpa pernah memikirkan efek dan dampak buruk kedepan nya.


Ini hidupmu, hanya kau yang tahu apa yang harus kau lakukan untuk kebahagiaanmu,
Mutiara akan tetap bersinar,
Bahkan ketika berada dalam lumpur paling pekat sekalipun,
Kemudian kau tersenyum atas segala upaya yang aku lakukan, yang membuatku juga tersenyum,
Amu senang berhasil mengembalikan senyum  di wajahmu.


Aku ingin kau menjadi gadis yang ceria kembali seperti sedia kala, 
Aku ingin kau menjadi gadis yang tetap gembira,
Bahkan saat orang lain diluar sana menyakitimu,
Aku rindu melihat tingkah kekanakanmu yang selalu membuatku tersenyum tiap kali melihatnya,
Aku rindu menatap matamu secara diam-diam,
Kemudian ketika kau melihat tingkahku, aku langsung mengalihkan pandanganku dan bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.


Ini adalah kali pertemuan pertama,
Setelah sekian lama kita tidak bertegur sapa,
Setelah sekian lama kita tidak bertanya kabar,
Kau makin cantik saja, matamu tetap indah seperti yang aku lihat sejak awal kita bertemu,
Ia tidak pernah berhenti memancarkan sinarnya,
Hal yang tidak jauh berbeda dengan senyummu, yang selalu mampu mewarnai hariku,
Pun  juga setiap tawa yang keluar dari mulutmu, selalu berhasil membuatku merasa berbunga-bunga.


Aku selalu senang jika kau menjadikanku tempat mengadu,
Aku bahagia jika kau menjadikanku seseorang yang mengajarkanmu untuk bisa kembali tertawa,
Aku lega jika bisa membuatmu seperti sedia kala,
Aku senang jika bisa menjadi tempat bercerita atas keluh kesahmu dan membantu menghilangkanya,
Aku kembali menemukan hobi lamaku yang sempat hilang dibunuh waktu,
Menjalani sesuatu yang sudah lama tak kulakukan.


Perjalanan kali ini merubah banyak pandangan tentangmu,
Perasaanku bersemi kembali,
Seperti bunga yang kembali mekar setelah lama layu tak mendapatkan sinar matahari,
Kau mengucapkan terima kasih kepadaku karena sudah membantumu meredakan luka,
Aku menolaknya,
Tidak usah berterima kasih jawabku,
Aku yang harus berterima kasih, karena telah membuatku merasa hidup kembali.


Lalu kita melakukan perundingan,
Bagaimana kalau kita sama-sama berterima kasih saja?
Namun aku menolaknya,
Kau tetap bertanya dan aku tetap menolak,
Kemudian kau bertanya kembali sambil tersenyum dihadapanku,
Amu menjadi tak kuasa untuk menolaknya lagi,
Sehingga menyetujui tawaranmu.


Hingga akhirnya sore itu ditandai dengan kita yang berhasil menyelesaikan perundingan,
Untuk akhirnya sama-sama mengucapkan terima kasih,
Semua terlihat lucu dan kita sama-sama tertawa di bawah langit yang sama.






“Sekuat mungkin aku bertahan untuk tidak menyerah dikalahkan oleh keadaaan,
walaupun hingga kini kau belum menjadi kepunyaanku,
Aku selalu berharap suatu saat nanti kau akan mengerti,
Bahwa hanya aku yang benar-benar mencintaimu dengan sepenuh hati”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh