Sebuah pengantar
Aku tahu semesta akan membawa kau kembali,
Aku yakin karena merasakan suatu hal yang beda darimu.
Kau tidak sama dengan wanita lain ,seperti yang sebelumnya aku kenali,
Kau senantiasa menarikku, dengan harapan-harapan yang selalu aku percaya menjadi penghantarku ke hadapanmu,
Walaupun sempat kau permainkan dengan teganya,
Itu tidak mampu membuatku berhenti begitu saja.
Aku sangat memahami bahwa segala hal yang aku jalani tidak akan pernah mudah,
Namun tidak pernah membuatku menyerah begitu saja,
Aku senantiasa berusaha dan menyerahkan semuanya pada waktu,
Entah ia akan menjadikan kau sebagai masa depanku,
Atau hanya menjadikan kau bagian dari masa lalu.
Mungkin hanya bintang yang tahu kemana kita akan melangkahkan semua ini,
Jangan tanya hujan yang tidak tahu kemana arahnya,
Mungkin hanya bulan yang tahu akan berakhir dimana segala perjuangan ini,
Jangan tanya pelangi yang tidak tahu apa-apa tentang hal ini,
Aku terjebak dalam sebuah rasa, memandangmu dalam khayalku,
Seumpama petikan gitar yang syahdu, membuatku terbuai dalam asa,
Hatiku masih setia di sini untukmu, semoga kau menyadari akan hal itu.
Nanti, bila semesta tidak ingin kita bersama,
Tidak merestui hubungan yang sudah aku jadikan tajuk utama dala doa,
Akan aku nikmati segala lara, sembari mengingat segala kisah lama kita,
Aku rangkai kata demi kata yang berasal dari benakku,
Sambil mendengarkan sebuah lagu, aku tulis sebuah puisi yang menggambarkan keindahanmu,
Dengan khayalan menari-nari, aku bayangkan kau ada dihadapanku saat ini,
Mendengarkanku membaca setiap puisi yang aku tulis,
Melihat gambar wajahmu yang coba aku lukis, semoga kau semakin mengerti tentang segala rasa yang aku miliki.
Kucoba untuk merangkai kembali surat kedua ini dengan penuh kata-kata cinta,
Walaupun aku bukan seorang pujangga yang bisa tuliskan segala kata-kata indah.
Semoga kau menyukainya.
“Ada yang lebih menyakitkan,
Daripada kehilangan seseorang,
Yaitu menunggu seseorang kembali,
Dan aku sudah berhasil melalui”
Nice kk
BalasHapusMakasih dek nengsih
Hapus