Langsung ke konten utama

Dua Puluh Sembilan

Kau, yang membuatku menunggu


Aku tidak pernah tahu akan sampai kapan menunggumu,
Aku tidak pernah tahu akan sampai kapan menantimu,
Aku tidak pernah bisa menebak, sampai kapan aku bisa bertahan untuk menunggu jawaban atas segala tanda tanya yang ada pada dirimu,
Aku tidak pernah bisa memastikan, sekuat apa aku mampu bertahan untuk mendapatkan sebuah kepastian darimu,
Yang aku tahu, menunggumu adalah satu-satunya cara yang bisa aku lakukan untuk merengkuhmu.


Beberapa orang beranggapan bahwa menunggu adalah hal yang paling membosankan,
Apalagi jika harus menunggu seseorang yang kau sendiri saja tidak tahu apakah ia akan datang menemuimu, atau malah sama sekali tidak pernah memperdulikanmu,
Namun aku tidak ingin seperti kebanyakan orang, yang tidak sabar dalam menunggu,
Aku akan menunggumu dengan sabar, hingga waktu yang aku nantikan itu datang.


Pada suatu ketika aku pernah menunggu kabar darimu hingga larut malam,
Namun yang aku dapatkan hanyalah kesia-siaan,
Segala hal baik yang aku lakukan sering kali tidak terbalaskan dengan baik,
Biarlah resiko dari mencintai adalah harus siap disakiti berkali-kali,
Resiko dari menyanyangi adalah harus siap di kecewakan,
Beberapa hari terakhir aku menemuimu dalam pesan singkat yang aku kirimkan,
Walaupun pada akhirnya titik kecil berwarna hijau di sudut ponselku tak juga berkedip,
Dering telepon yang kuatur khusus jika ada panggilan darimu tak kunjung berbunyi,
Sampai hilang debar, panggilan darimu tak juga terdengar,
Dan pesan yang kuharapkan berbalas tak kunjung mendapat kabar.


Lantas apakah aku harus marah padamu?
Jika boleh sebenarnya aku ingin sekali untuk mencoba berpura-pura marah, agar kau datang untuk kemudian meminta maaf padaku,
Aku ingin sekali bersungut-sungut karena suatu hal, untuk kemudian kau datang membujukku,
Tapi memangnya aku siapa?
Dan pada kenyataanya untuk saat ini aku bukanlah siapa-siapa dalam hidupmu,
Au hanyalah orang yang datang sebagai penawar luka atas rasa sakitmu,
Seseorang yang mencoba untuk menghadirkan tawa ketika kau dirundung duka,
Dan membantu untuk mewarnai harimu tatkala kau merasa hampa.


Banyak orang yang bertanya kenapa aku bisa kuat bertahan dengan keadaan ini,
Baiklah, aku akan menjawabnya dengan jawaban paling sederhana,
Alasan yang pertama karena ia adalah sumber dari segala bahagiaku tercipta, walau pada kenyataan nya, ia terkadang juga menjadi sumber dari sakit hatiku,
Alasan yang kedua, karena aku punya keyakinan bahwa ia akan menjadi milikku, sebuah keyakinan yang kadang membuatku sulit percaya, tapi semua memang seperti itu adanya.


Kalaupun besok atau entah kapan kau ternyata menyakiti aku lagi,
Dan aku sudah tidak kuat lagi untuk menahan segala rasa perih,
Aku hanya perlu menjatuhkan air mata dan menghilangkan segala rasa sakit yang membelenggu dalam dada,
Aku bertertima kasih sekali pada sang pencipta karena diberikan karunia air mata yang mampu melegakan ketika dadaku terasa sesak,
Menangisi seseorang bukan sebuah kebodohan, karena setiap air mata yang jatuh adalah air mata keikhlasan,
Menjatuhkan air mata juga bukan sebuah hal yang menandakan kau lemah.


Tuhan merancang semua organ tubuh dengan fungsinya sendiri,
Air mata tercipta memang untuk ditumpahkan, ketika kau sudah tidak sanggup lagi menahan segala luka,
Air mata diciptakan untuk menghapus segala rasa perih yang ada,
Air mata bisa mewakili kata-kata, ketika mulut tidak mampu lagi untuk bicara,
Aku tidak akan pernah memintamu untuk menghargai kehadiranku,
Karena kalau memang kehadiranku berharga, kau pasti punya cara tersendiri untuk menyikapinya,
Aku tidak pernah memaksamu untuk membalas segala perlakuan yang sudah aku lakukan untukmu, karena segala yang aku lakukan tulus untukmu.


Semua kewarasanku terasa hilang saat sedang mencintaimu,
Biarlah aku menikmati segala perjalanan ini, mengikuti setiap langkah kau yang kau bawa kesana kemari, langkah yang kau jerumuskan dalam suasana yang tak menentu,
Pada saaatnya tiba nanti,
Pada saat aku sudah tidak kuasa menahan lelah, mungkin aku akan mati sendiri dalam kesia-siaan, atau mungkin aku akan menjadi orang gila yang terlalu lama menunggu tanpa sebuah kepastian







“Meski kita pernah terpisah,
Meski proses yang kita lalui tidak begitu indah,
Semoga itu bukanlah menjadi suatu penghalang agar kita bisa terus bersama”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh