Langsung ke konten utama

Tiga puluh lima

Surat Kedua


Jangan bertanya-tanya lagi tentang arti dari perhatianku,
Tidak usah menerka tentang apa yang tersirat dari segala sikapku.

Teruntuk dirimu,
Dengarkanlah segala ucapanku.


Aku menyukaimu dari setiap tawamu yang hadir karenaku.

Aku menyukaimu dari senyumanmu yang tecipta karenaku.

Aku menyukaimu tatkala mataku melihatmu,
Dan kau pun membalasnya dengan sungguh-sungguh.

Aku menyukaimu dari segala sedihmu yang selesai karenaku.

Aku menyukai setiap tingkah lakumu yang menciptakan tawaku.

Aku menyukai setiap waktu yang kuhabiskan berdua denganmu.

Aku menyukai setiap ucapanmu yang membangun semangatku.

Aku menyukai caramu membantuku menyelesaikan sebuah masalah.

Aku menyukai caramu membangkitkanku dari kesedihan.

Aku menyukai banyak hal darimu, mulai dari hal kecil hingga sesuatu hal yang tidak bisa terdefinisikan.

Aku tidak pernah bermaksud kembali mengusikmu,
Aku hanya ingin menyelesaikan kesedihanmu.

Aku tidak pernah bermaksud mengganggu setiap ketentraman dalam hidupmu,
Aku hanya ingin memastikan kebahagiaan senantias tercipta dalam hidupmu.

Aku tidak bisa menolak perasaanku untuk bisa berada di sampingmu,
Menemani di setiap hari-harimu.

Aku tidak bisa menolak pikiranku untuk selalu memikirkan segala tentangmu.

Aku tidak pernah bisa mengatur langkah kaki yang tidak pernah ingin menjauh darimu.

Beri aku sedikit waktu untuk membuktikan segala ucapanku.

Beri aku sedikit waktu untuk menjadi pengisi hatimu.

Lihatlah aku?

Apa yang kau fikirkan saat kau menatapku?

Apakah kau tidak merasakan ada sesuatu yang beda dari pandanganku?

Apakah kau tidak merasakan debaran jantung yang berdebar setiap kali aku berada disebelahmu?

Aku mencintaimu dengan segala kekuranganku.

Aku mencintaimu dengan segala kesederhanaanku.

Jika kau berikan kesempatan, tidak akan sedikitpun luka yang kubiarkan tergores di hatimu.

Tidak akan ada sedikitpun air mata kesedihan yang jatuh dari matamu.

Aku akan menjagamu,
Sekuat dan semampuku.


Jadi, mau kah kau percayakan hatimu untuk ku ?






Kenapa aku masih berjuang, padahal kau selalu membuang,
Kenapa aku masih mengejar, padahal kau telah bersikap kurang ajar,
Kau tahu kenapa ?
Karena kau yang membuatku kembali berpijar”

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh