Pagaralam, Sumatera Selatan
(kali kedua) 23-27 November 2018
Sabtu pagi keberangkatan kami sedikit dihiasi oleh kabut tipis yang cukup membuat gigil seluruh tubuh ini, selepas satu jam pendakian, hujan mulai mengguyuri hutan gunung dempo yang sempat dilanda kebakaran 2016 silam, sempat berhenti namun hujan lagi, suasana seperti tidak akrab dengan kami, tapi untungnya aku mendaki bersama dengan orang-orang yang mengerti, bahwa hujan adalah salah satu Rahmat Allah yang tidak ternilai, selain menyejukkan juga banyak berkah di setiap rintiknya, kami pun juga sudah menyiapkan segala peralatan yang harus disiapkan ketika hujan, terinspirasi dari satu pepatah paling terkenal "sedia payung sebelum hujan", namun kami tak menyediakan payung, kami menyediakan jas hujan yang dibeli kamis sore di minimarket paling familiar di negeri ini, belum lagi jalur tugu rimau (Tugu Harimau) tak memberikan bonus, sepanjang pendakian tak banyak ditemui dataran, yang ada hanya tanjakan terjal dengan kiri-kanan dihiasi oleh jurang-jurang yang siap melahap jika tidak hati-hati.
Dengan hati yang teguh dan tekad yang kuat, kami berhasil tiba di puncak top dempo dengan selamat untuk kemudian turun ke plataran mendirikan tenda, sehabis itu kami makan, mengobrol dan tidur, karena besok pagi akan bangun pagi untuk menunaikan kewajiban umat beragama dan pergi ke puncak merapi demi melihat kawah gunung dempo,
Dijalan menuju ke Puncak marapi kami mesti melewati sebuh bukit yang tampak dekat jika dilihat dari jauh, namun terasa jauh ketika dijalani, ditengah perjalanan kami disuguhkan pemandangan samudera di atas awan, Indah sekali .
Siang hari nya sehabis makan nasi goreng dan empek-empek khas Palembang, kami bersiap-siap untuk membereskan peralatan untuk kemudian turun,
Perjalanan pulang terasa lebih berat, karena fisik yang mulai terkuras, belum lagi beberapa hal yang agak sulit di terima akal sehat yang menghiasi, kami beruntung karena melihat bunga edelweis, bunga yang merepresentasikan lambang keabadian, kami tiba di kaki gunung dengan selamat walupun harus diguyur hujan, kemudian menunggu jemputan yang datang setelah kurang lebih empat jam menunggu, kami bersyukur hingga akhirnya sampai kerumah.
Namun ditengah perjalanan kami ketemu bersama tiga orang anak kecil, kira-kira berumur 15 tahun yang pergi mendaki dengan rencana balik hari (tidak menginap) tanpa membawa logistik apapun, dan hari itu hujan deras sementara orang/tenda yang tersisa di Puncak tinggal satu tenda saja, kami pulang dr kaki Gunung jam 9 malam, tapi kami tak kunjung melihat ketiga anak orang itu turun, kami hanya berharap semoga anak kecil itu tidak apa-apa.
Esoknya saya berpamitan untuk segera pulang ke kampung halaman, karena sejauh apapun perjalanan tujuan utama adalah kembali pulang kerumah, kota ini akan selalu aku rindukan dengan segala kenangan dan keramahan di dalam nya, semoga semeseta membawaku kembali ke kota ini,
Sekian perjalanan saya bersama kawan-kawan yang mengagumkan,
Sampai jumpa,
Salam Lestari!!!
Akhmardiansa B
Mantep
BalasHapusYuhu
BalasHapusTerimakasih kak
BalasHapusMangtap, mamak
BalasHapus