Langsung ke konten utama

Kali Kelima

Pasca Perkenalan


Sebelum kau hadir,
Aku sempat berpikir bahwa hidup adalah perkara masing-masing,
Tidak ada yang berhak mengusik satu sama lain,
nyatanya anggapanku salah,
Aku butuh seseorang untuk kumintai saran dalam menjalani hidupku,
Dan aku pikir kau adalah sosok yang tepat untuk memberikan setiap saran dalam perjalanan hidupku,
Dari hal yang paling penting, hingga sekadar meminta pendapat tentang bagaimana kau memandang hidupku dari sudut pandangangmu. 


Aku mencoba untuk menemuimu di antara jarak yang memisahkan,
Melalui ponsel yang sudah aku rawat sejak dua tahun lalu,
Aku menyapa dirimu dengan semangat yang menggebu,
Kata-kata selamat pagi tercurahkan dariku, sengaja aku kirimkan untuk sosokmu yang jauh dari pandanganku,
Sebuah ucapan yang  nampak biasa-biasa saja, jika dibaca oleh orang yang sedang tidak  kasmaran,
Namun akan menjadi kalimat yang penuh akan makna, jika dalam pandangan orang-orang yang sedang kasmaran sepertiku.


Aku sendiri sudah membuktikan,
Bahwa ucapan selamat pagi itu adalah suplemen penguat paling ampuh untuk dua orang yang sedang jatuh hati,
Akan menyenangkan sekali rasanya, jika mengawali hari dengan mendapatkan ucapan selamat pagi dari orang yang kita sukai,r
Pernahkah kau merasakan?
Bagaimana rasanya menjalani hari yang sibuk tanpa semangat dari seseorang yang kau sukai?u
Mngkin sebagian orang akan beranggapan sama saja,
Semua akan tetap berjalan seperti biasanya,
Namun aku yakin, aman ada sesuatu hal yang berbeda jika kita menjalani hari dengan memperoleh ucapan semangat dari orang yang kita sukai,
Kau tidak akan pernah bisa membohongi itu, walaupun dengan sombongnya kau menjawab


“Semua akan berjalan baik-baik saja”.


Aku beranggapan bahwa jatuh cinta adalah vitamin penuh khasiat dalam hidup,
Itu akan berlaku ika kita menikmati nya secara wajar dan dengan dosis yang tepat,
Tanpa disadari, kau bisa semangat dengan hanya melihat wajahnya,
Kau bisa senyum-senyum sendiri seperti orang gila ketika membaca pesan singkat darinya,
Jatuh cinta akan menimbulkan sesuatu hal yang tidak pernah kita rencanakan sebelumnya,
Waktu akan membawa kita pada hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya.

Di sebuah kamar kecil yang dindingnya terhiasi oleh tulisan-tulisan,
Serta beberapa foto yang memperindah suasana,
Aku melanjutkan tulisan tentang catatan harianku,
Ditemani dengan laptop yang silih berganti memutar lagu-lagu kesukaanku,a
Bgiku menulis adalah sebuah kegiatan untuk menyimpan pemikiran,
Menulis menjadi salah satu sarana untukku memperoleh kebahagiaan,
Aku ingin dikenang dengan pemikiranku ketika sudah tidak bernyawa nanti,
Seorang penulis terkenal pernah berkata
“untuk di kenang kau harus menulis”,
minimal untuk mengenang diri kita sendiri.


Aku ingin tatkala tua nanti,
Bisa mengingat kembali tentang apa saja yang pernah aku lakukan di masa muda,
Aku akan senyum-senyum sendiri,
Saat membaca dan mengingat segala hal yang pernah aku lalui,
Aku akan menikmati masa tua di atas kursi kayu,
Sembari membaca buku catatan yang aku tulis sejak saat ini,
Cukup menyenangkan,
Di saat masa tua yang mungkin akan sangat membosankan.


Malam itu ada hal berbeda yang aku rasakan,
Sudah satu kali jarum jam berputar pada porosnya,
Selepas aku mengirimkan pesan singkat untukmu,
Masih belum juga aku temui balasan,
Namun aku masih akan tetap menunggu balasan darimu dengan semangat menggebu,
Semalaman berlalu, bertepatan dengan bulan yang mulai hilang dari peredarannya,
Tidak terlihat balasan yang terhampar dari layar ponselku.


Hal yang sempat membuatku berfikir tentang apa yang sebenarnya terjadi,
“Apakah ada perbuatanku yang membuatmu marah?”
Atau
“Adakah sikapku yang membuatmu murka?”, 
fikiranku melayang, terbang di atas langit-langit,
Dementara musik yang aku putar memainkan perannya dengan baik,
Suasana semakin senduh,
Namun aku  tidak henti-hentinya menunggu balasan darimu .


Pagi menjelang bersamaan dengan suara burung dari balik rimbun pepohonan,
Aku merasakan ada sesuatu yang kurang,
Itu tak lain karena tidak ada ucapan selamat pagi darimu,
Aku mencoba untuk tidak peduli dengan fikiranku yang mulai meragu tentangmu,
Aku menyeka pelipis yang tidak berkeringat, menghela napas panjang,
Sekuat tenaga aku berusaha untuk meyakinkan hatiku,
Jika pun pada kenyataan nya kau menghindar padaku,
Bukankah aku tetap bisa datang untuk menghampirimu kembali,
Kalau pun kau berlari menjauh dariku,
Bukankah aku masih memiliki dua kaki untuk berlari mengejarmu,
Kalau pun kau menghilang, bukankah aku bisa menunggumu hingga pulang.


Aku benar-benar tidak peduli tentang segala hal yang meggodaku untuk berpikir buruk tentangmu,
Kadang aku menertawakan diriku sendiri, yang masih saja antusias menunggu sebuah balasan pesan darimu,
Sementara aku tidak tahu, apakah kau di sana sedang asyik berbalas pesan dengan orang lain, hingga mengabaikan pesan dariku.


Betapa hal utama yang harus aku lakukan saat ini, hanyalah terus memperjuangkanmu,
Hatiku sudah berkata, bahwa kau adalah jawaban atas harapan-harapanku,
Ia meyakini, bahwa kau adalah jawaban atas segala doa-doaku,
Meski pada kenyataannya saat ini,
Kau sama sekali tidak menghiraukanku,
Biarlah aku menikmatinya dengan caraku.







"Aku mengenalmu seperti cara bintang menemani malam,
Seperti cara matahari menjaga bumi,
Hanya dari kejauhan,
Tanpa sedikitpun mengurangi rasa hangat”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh