Langsung ke konten utama

Pertama kali

 Pertemuan 



Dengan segala keterbatasan rasa yang aku milikki,
Aku masih bisa membedakan, ini cinta atau hanya penasaran belaka,
Aku tak pernah merasa semerah jambu ini sejak beberapa tahun terakhir,
Apalagi selepas duniaku porak-poranda,
Semua hanya abu-abu, samar, dan semua nampak gelap,
Tak ada rasa yang menggebu, atau perasaan suka yang menyentuh kalbu.


Bahkan aku lupa bagaimana hangatnya sapaan selamat pagi di pagi yang dingin,
Aku juga lupa betapa menenangkan nya ucapan selamat tidur sebelum tidur malamku,
Aku merasakan ada sesuatu yang kurang dalam hidupku,
Segala kegiatan yang aku jalani sangat  membosankan,
Aku kehialangan gairah untuk bekerja,
Semua kegiatan yang aku lakukan hanyalah semata-mata untuk mengenyangkan logika.


Kemudian semua berubah setelah kau datang,
Kehadiranmu yang masih abu-abu sudah membuatku semangat menjalani kehidupan,
Aku yakin, esok hari-hariku tidak akan lagi di habisi oleh kegiatan-kegiatan yang membosankan untuk memuaskan logika saja,
Kau datang dengan membawa berjuta-juta harapan,
Hatapan yang akan membawaku menemukan kembali arti hidup,
Kau datang membawa pancaran sinar kebahagiaan yang siap membawaku pergi dari kegelapan,
Kau membuat duniaku yang dulunya hitam kelam menjadi kembali biru layaknya langit yang tak sedikitpun tertutup awan,
Membuat hari-hariku yang dulu penuh kegelisahan, menjadi kembali tenang.


Setelah pertemuan denganmu,
Aku mulai berpikir untuk mencoba membuka lagi hatiku yang sudah lama tertutup rapat oleh rasa takut,
Membuka hati yang terlalu lama  berhati-hati untuk menerima hati yang lain,
Memulai kembali perjalanan untuk merengkuh kebahagiaan,
Menyusuri setiap tapak kaki untuk mendapatkan sang pujaan hati.


Aku mencoba untuk mengenalmu secara lebih dalam,
Untuk lantas memutuskan menaruh harap akan ada kebahagiaan padamu,
Aku labuhkan hatiku tepat di dermaga hatimu, hingga aku mendapati sebuah kenyataan,
Kau izinkan masuk dan kemudian kau pelihara dengan baik,
Atau malah kau usir paksa yang lantas membuatku hatiku tercabik-cabik.


Segala upaya akan aku lakukan,
Segala usaha akan aku kerahkan,
Perjuangan akan aku lakukan,
Aku akan berjuang semampuku,
Segala  keputusan yang sudah aku ambil seperti ebuah pertaruhan,
Dengan resiko aku akan terjatuh dan kembali terlarut dalam keterpurukan,
Atau malah mendapatkan sosok sepertimu yang siap menemani di segala macam dimensi kehidupan.


Aku selalu percaya bahwa  mencoba tidak ada salahnya,
Dari pada tidak mencoba sama sekali,
Ketika tidak mencoba kita akan akrab dengan rasa penasaran,
Namun ketika mencoba kita dihadapkan pada dua buah kenyataan,
Segala yang kita dambakan sesuai dengan harapan atau malah tidak seperti yang kita inginkan.



“Ada banyak hal yang berhasil aku bukukan,
Ada banyak kenangan yang berhasil aku abadikan,
Tentang segala tawamu yang memecahkan kesunyian,
Tentang segala senyummu yang berhasil mengalihkan duniaku”


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh