Langsung ke konten utama

Kali Ketiga

Mencoba Beradaptasi 


Kurasa aku telah jatuh cinta padamu,
Berulang kali aku mencoba untuk menyingkirkan segala tentangmu dari pikiranku,
Namun berulang kali pula pikiranku menolaknya,
Sekeras mungkin aku mencoba untuk tidak mengizinkan kau hadir di dalam hatiku,
Namun sekeras itu pula hatiku menolaknya,
Kau terlalu kuat untuk aku kalahkan,
Kau sudah masuk dalam relung hati yang paling dalam,
Biarlah kalau begitu, aku akan menikmati nya dengan senang.


Aku tak pernah menyangka jika aku akan terjebak dalam perasaan yang tumbuh begitu cepat,
Awalnya ku pikir pertemuan kita akan berakhir setelah kau pulang kerumah, dan aku kembali terjebak dalam rutinitasku,
Namun aku merasakan ada sesuatu yang berbeda, ada sesuatu yang hadir di dalam jiwa,
Terasa begitu damai dan sangat menenangkan,
Hingga melahirkan sebuah rasa yang tak bernama,
Aku ingin diberi kesempatan untuk bisa merengkuh hatimu,
Jika nantinya kau izinkan,
Akan aku jaga baik-baik hatimu dari segala luka dan kesedihan yang mendekatinya.


Selepas pertemuan pertama senja itu,
Wajahmu selalu terbayang di fikiranku,
Segala tentangmu tersusun rapi di dalam otakku,
Setiap pagi selepas bangun tidur, menatap wajahmu adalah sebuah rutinitas wajib yang harus aku lakukan,
Menulis puisi untukmu akan menjadi kebiasaan baru di sela-sela hariku,
Amu tidak ingin satu hari pun terlewat tanpa ada tentangmu dalam hidupku,
Segala tentangmu harus hidup setiap harinya untuk membuatku tetap merasa hidup.


Aku hanya baru berani menatap,
Namun belum cukup berani untuk menetap,
Aku hanya baru berani melihat,
Namun belum cukup berani untuk mendekat,
Aku masih ragu dengan segala  kemampuan diriku,
Untuk meluluhkan hati wanita yang sudah lama tak menjadi kebiasaanku,
Apalagi hati milik seorang gadis cantik sepertimu,
Sungguh tidak pernah terbayangkan sebelumnya olehku akan bertemu denganmu.


Melihat setiap foto yang kau upload di akun media sosial milikmu,e
Menanti segala hal yang kau lakukan di kehidupanmu,
Aku menantinya seperti anak kecil yang mengharapkan cerita baru sebelum tidur,
Layaknya daun yang mengharapkan sinar cahaya untuk tetap hidup,
Seumpama tumbuhan yang membutuhkan air hujan untuk tetap tumbuh.


Sejenak aku melamuni dirimu dalam diam,
Menghayal tentang hal-hal indah yang akan aku lakukan bersamamu,
Jika seandainya nanti diberikan kesempatan untuk bersatu,
Membayangkan bagaimana jika nanti, aku dan kau menikmati senja di tepian pantai sambil menikmati segelas coklat hangat,
Disertai deburan ombak yang bergulung khidmat,
Bagaimana merasakan hangatnya sinar sang fajar tatkala terbit dari atas gunung, sembari menyeruput secangkir kopi ditemani suara alam yang berbisik merdu,
Kemudian aku tertidur, dan segala lamunan tentangmu terbawa dalam mimpiku.





“Hidup adalah serangkaian pertemuan,
Pertemuan denganmu adalah salah satunya,
Semoga pertemuan kita tidak menjadi kesengajaan semata,
Semoga pertemuan kita menghasilkan sebuah kisah ”

Komentar

  1. Kereeen bg, duuh meleleh bacaa nya. Baru dapat emosi dicerita ini seakan2 adek berada didalam cerita itu. Lanjut bg

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh