Ketidaksengajaan ini hadir dari perbincangan-perbincangan kita yang mengikat. Menembus tengah malam tidak boleh istirahat. Lihat saja riwayat pesan kita, berpencar tidak tahu tempat.
Dan pada titik itu, aku merasa semua tidak lagi sama. Ia menjadi permulaan yang nantinya mau tidak mau harus menemui ujung.
Aku tidak pernah ingin kepala ini dihiasi oleh pertanyaan macam-macam, tapi, tiap malam setelah hari itu, pertanyaan tentang sampai mana kita akan berjalan? sampai kapan malam-malam kita dihiasi oleh obrolan-obrolan? Sampai kapan acara senyum-senyum sendiri menjadi luka yang menyiksa diri ?
Kau ingat? Di tengah malam menjelang tidurmu ? kau bertanya, akan menjadi apa kita nanti ? kalau saja malam itu bisa kutembus dengan pertemuan, akan aku jelaskan hingga kau tak punya lagi pertanyaan tentang perasaan.
Lihat, sekarang kau memudar oleh senyawa yang disebut waktu, kita berakhir dengan tanda tanya yang tak pernah ada jawaban.
Lihat, sekarang mimpiku lenyap seperti cuma terbangun dari mimpi.
Syahdan, Bagaimana kau bisa kuhapus setelah tulisan ini hadir ?
Bagaimana dengan waktu menjelang tidurku yang masih dihiasi percakapan-percakapan tengah malam kita ?
Bagaimana selanjutnya aku ?
Apa kubilang, seharusnya memang aku tidak melaju.
sediiiiiiiihhh😩😩😩
BalasHapus