Bertahun-tahun setelah kau pergi, langkah kaki ini masih belum mengerti cara berjalan untuk menyudahi semua ini. Disini, aku masih berdiri sendiri, masih larut dalam ingatan tentang senyummu, masih terjebak dalam kenangan saat kita berdua belum sejauh ini.
Lalu, darimana atau bagaimana caraku untuk menjelaskan semua ini pada diri sendiri. Soal-soal apa yang membuatku jatuh sedalam ini, soal kapan aku harus berhenti dan melangkah lagi. Aku kehilangan kalimat untuk mengartikan kerumitan yang kurasa sendiri.
Aku selalu membiarkan kedua tanganku terbuka untuk kau butuhkan ketika kehilangan arah. Aku masih melangitkan doa-doa yang kupercaya bisa menjagamu ketika aku tidak ada disampingmu. Aku selalu melakukannya tanpa pamrih, tanpa kau minta, bahkan tanpa kau peduli.
Tapi, melihatmu saat ini sudah bergenggaman tangan bersama yang lain, aku ingin mulai beranjak dari ketidakberdayaan ini.
Semerekah itu senyummanmu saat bersamanya, selepas itu tawamu saat mendengar kata-kata lucu yang ia curahkan. Semudah itu kau pergi dan menganggap hari-hari yang kita lewati bersama tak lebih sebatas sebuah cerita lama. Sesulit itu memintamu untuk mengerti bahwa aku yang selalu ada dan siap menerima ribuan lara.
Doa dan harapan untuk bisa hidup bersamamu kututup, tapi soal-soal kebaikanmu tidak.
Selamat berlayar jauh bersama ia yang baru.
Komentar
Posting Komentar