Langsung ke konten utama

Bertahun

Bertahun-tahun setelah kau pergi, langkah kaki ini masih belum mengerti cara berjalan untuk menyudahi semua ini. Disini, aku masih berdiri sendiri, masih larut dalam ingatan tentang senyummu, masih terjebak dalam kenangan saat kita berdua belum sejauh ini.

Lalu, darimana atau bagaimana caraku untuk menjelaskan semua ini pada diri sendiri. Soal-soal apa yang membuatku jatuh sedalam ini, soal kapan aku harus berhenti dan melangkah lagi. Aku kehilangan kalimat untuk mengartikan kerumitan yang kurasa sendiri.

Aku selalu membiarkan kedua tanganku terbuka untuk kau butuhkan ketika kehilangan arah. Aku masih melangitkan doa-doa yang kupercaya bisa menjagamu ketika aku tidak ada disampingmu. Aku selalu melakukannya tanpa pamrih, tanpa kau minta, bahkan tanpa kau peduli.

Tapi, melihatmu saat ini sudah bergenggaman tangan bersama yang lain, aku ingin mulai beranjak dari ketidakberdayaan ini.

Semerekah itu senyummanmu saat bersamanya, selepas itu tawamu saat mendengar kata-kata lucu yang ia curahkan. Semudah itu kau pergi dan menganggap hari-hari yang kita lewati bersama tak lebih sebatas sebuah cerita lama. Sesulit itu memintamu untuk mengerti bahwa aku yang selalu ada dan siap menerima ribuan lara.


Doa dan harapan untuk bisa hidup bersamamu kututup, tapi soal-soal kebaikanmu tidak.


Selamat berlayar jauh bersama ia yang baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh