Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian.
Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara. Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.
Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan kau ulangi pada orang lain. Dengan segala kepolosan aku percaya, meski akhirnya semua tidak berjalan sesuai dengan rencana
Mungkin, memang selamanya kita hanya sebatas cerita yang layak untuk dibukukan, bukan untuk dipersatukan. Mungkin, selamanya kita hanya menjadi pelajaran-pelajaran untuk orang lain agar tidak diulang. Kau, pergi. Tepat ketika langit senja sedang merah-merahnya. Ternyata ada seseorang yang sudah menunggumu disana.
Kufikir, aku sudah menjadi yang paling pertama, ternyata menjadi juara kedua pun tidak. Ternyata pahlawan di matamu hanyalah dia, yang kau bilang menyelamatkanmu secara tidak sengaja. Haruskah aku merasuki tubuhnya agar bisa kau sayang ? haruskah aku menjadi ia agar bisa kau kenang ?
Akhirnya, semua memang berbeda. Duniaku dan duniamu. Impian ku dan impian mu, sejatinya kita tidak pernah berada di satu mimpi yang sama.
Pada segala kalimat yang aku curahkan, ternyata aku tidak pernah bisa kalah dalam mengejarmu, meski berkali-kali dijatuhkan.
-SabarHati
Dulu, malam selalu jadi waktu favorit ku, bahkan saat matahari baru saja menampakkan cahaya dibumi aku sudah merindukan gelapnya malam karna suaramu, namun sekarang Setelah malam-malam itu berlalu, tepat setelah kepergianmu malampun menjadi semakin sendu untukku. Aku mengutuk gelap agar segera berlalu, agar dingin dan sepinya tak mengundang kau hadir dalam benakku.
BalasHapusSemenjak kepergianmu siang ku sibuk bersandiwara, tertawa dan berkenala hanya untuk merasa hidup. Mencoba untuk terus merasa utuh padahal diriku tinggal separuh.
Suatu hari nanti Kaupun akan bahagia sama seperti dia bahkan lebih. Tak perlu memaksa diri untuk lupa, tak perlu juga memaksa diri terlihat bahagia. Jika kau menikmati semua luka akan kan dapati betapa beharganya rasa bahagia. Jika sudah datang masanya, kaupun akan merdeka. Semuanya hanyalah sementara duka, suka, dan luka semua hanya sementara…
BalasHapus