Langsung ke konten utama

Merengkuh luka

Ada satu hal yang seringkali menjadi alasanmu untuk tetap bertahan. Adalah penasaran.

Keingintahuanmu tentang ujung dari banyak perjalanan yang tampak tidak tahu arah.

Barangkali rasa percaya dirimu terlalu tinggi, Berharap dia akan sedikit berubah melalui tingkah dan sikap baik yang kau persembahkan.

Doa-doa yang kau panjatkan di sepertiga malam yang kelam, terarah pada seseorang yang ternyata kelak akan meninggalkanmu pelan-pelan.

Kau terlalu yakin kalau batu yang keras akan runtuh jika terus-terusan digerus air, namun sampai kapan air matamu akan jatuh untuk mewujudkan itu semua ? sampai matamu lebam ?

Hanya karena terlalu fokus kepada batu, kau lupa di sekitarmu ada banyak tanaman yang lebih siap menerimamu.


Kau memang kuat atau hanya pura-pura kuat ketika luka, harusnya satu dua kali luka sudah cukup untuk kau berhenti dan tidak lagi memaksa.

Kau menjadi buta, padahal yang ia beri hanya sebatas kata-kata, tak ada perasaan di dalamnya, melainkan penolakan-penolakan yang memenuhi dada. Tapi kau tetap teguh pendirian dan menganggapnya sebagai sebuah bentuk perjuangan.

Tanpa disadari, kau sedang berjalan menuju jurang kesedihan.


Jika memang seperti itu makna perjuangan menurutmu, maka teruskanlah. Biarkan waktu yang memberikanmu pelajaran, hingga menjadikanmu sebagai sosok dewasa.

Untuk hari-hari ke depan, kalau Cinta yang kau perjuangan tak sesuai harapan, jangan salahkan cinta nya. Karena mungkin kau menaruh nya di tempat yang salah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu

 Sore tadi mendung, dan seketika hujan turun dengan lebat. Tiba-tiba, diatas kendaraan roda dua yang kukendarai, sekelebat kenangan menerobos masuk begitu saja tanpa permisi. Kita memang seperti hitam dan putih ya ? Jujur, sampai saat ini aku masih belum mengerti, mengapa dulu kau izinkan orang yang hidupnya sehampa aku masuk ke dalam hidup yang begitu ramai. Aku tak mengerti mengapa dulu kau berikan aku banyak perbincangan baik dan kopi yang hangat. Dan aku lebih tidak mengerti mengapa setelah itu semuanya lepas seperti benang yang sengaja diputus, kertas yang sengaja dirobek tanpa pernah memberi penjelasan mengapa semuanya harus dilakukan. Aku ingat, kau ingat tidak ? Dulu, kau pernah mengingatkan aku. Yang nadanya se-khawatir ini : “Kalau udah sampai rumah, ngabarin itu gapapa loh yaa” Yang kemudian aku balas dengan senyum sepanjang hari dalam diri. Lantas, sekarang mengapa nada nya menjadi sepilu ini : “Kau apa kabar ? aku dengar kau sedang sakit. Semoga lekas sembuh ya Ann” Yang c

Permulaan

Bagi sebagian orang, malam selalu menjadi waktu terbaik untuk merebahkan lelah setelah seharian bergulat pada kerja, untukku tidak demikian. Malam adalah waktu terbaik untuk aku bercerita dan mendengarkan ceritamu. Setiap malam, setelah tubuh berada di ujung lelah, kau hadir walau hanya lewat suara.  Kau bercerita tentang bagaimana harimu, tentang sebanyak apa kegelisahan-kegelisahan yang kau temui sepanjang hari. Aku dengan antusias mendengar setiap untaian kata yang kau bicarakan. Setelah semua hal dirasa selesai, kau pamit untuk melanjutkan cerita ini dari dalam mimpi. Aku mengiyakan sembari menitipkan sepucuk rindu dari balik awan, berharap akan kau temui besok pagi dari balik tumbuhan yang kau rawat dengan sepenuh hati.  Kufikir, setelah perbincangan-perbincangan sebelum tidur yang rutin kita lakukan, selepas aku menjadi tempat segala keluh kesahmu tercurah, aku akan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau bercerita tentang banyak hal, tentang kesalahan di masa lalu yang tidak akan ka

Memaknai Rinjani #1

"AWAL” Setelah berhasil menginjakkan kaki di puncak berapi tertinggi di Indonesia (Kerinci 3805 Mdpl). Kemudian dilanjutkan dengan puncak berapi tertinggi ketiga (Semeru 3676 Mdpl). Perasaan untuk menyambung silaturahmi ke tanah berapi tertinggi kedua (Rinjani 3726 Mdpl) pun hadir. Ada perasaan yang sulit sekali untuk diterjemahkan, entah mengapa Rinjani selalu membuat mata terpanah ketika melihat keindahan alam nya, walaupun hanya dari layar kaca. Semua berawal dari bulan April, 2020. Saya menghubungi beberapa orang kawan untuk ikut serta, gayung bersambut, ternyata kami punya impian yang sama. Waktu berjalan, rencana awal mendaki di bulan Juni harus pupus karena pandemi, dengan berat hati kami coba mengikhlaskan. Semula tidak ada niatan untuk mengubah jadwal pendakian, tapi seiring waktu berjalan, rencana yang hancur disusun lagi puing demi puing, Desember, adalah waktu yang kami pilih untuk mengunjungi Rinjani ! Seminggu sebelum berangkat banyak sekali halang rintang yang mengh